Sebuah wawancara fiktif ( bukan fiksi ) mendalam : Bagaimana Nasib Jomblo? – Bagaimana Nasib? Jomblo

Seandainya kaum jomblo di Indonesia ingin mendirikan negara sendiri, maka saya rasa kita tidak perlu menunjuk siapa calon presiden jomblo, karena sudah pasti satu nama akan muncul dan langsung menjadi pemenang :  RADITYA DIKA

Kenapa Radit, kenapa bukan..?

Karena menurut saya, lewat jari dan mulut beliau lah ( kata ) jomblo di Negara  mengalami kepopuleran menembus batas, dan disaat yang sama menjadi  joke paling  overused legendaris seperti saat ini.

dan Sabtu kemaren, 5 May 2018,  Bapak presiden  Jomblo Indonesia akhirnya menikah!

Trus, salah?

Jelas tidak, karena jomblo bukan dosa, apalagi menikah, keduanya tidak berada di kutub yang berlawanan.

Bisa tolong diperjelas?

Maksud saya begini : ketika seandainya ada ustad yang heboh soal haram dan neraka, tapi ternyata ketahuan main perempuan?

itu namanya : bertentangan

Tetapi ketika jomblo akhirnya berkesempatan punya banyak pacar, atau menikah bukankah itu namanya….  pencapaian?

Selamat Bang Radit! SAMARA!

**

Sayangnya, tidak semua yang ditampilkan adalah kebenaran HQQ.

Saya percaya (mudah-mudahan ada yang setuju) bahwa jomblo cuma persona seorang Raditya Dika :  materinya yang paling laku. Saking lakunya, hampir tidak ada saingannya di negara ini, kecuali menjual agama, mungkin.

Sotoy kamu anak muda!

Begini, ini murni pendapat pribadi :  saya tidak terlalu percaya kalau penulis best seller ini benar-benar memiliki definisi dan sifat kejombloan seperti kebanyakan jomblo darah murni di luar sana. Kalaupun ada darah jomblonya, menurut hemat saya,  sifatnya itu  temporary : semacam peralihan ketika putus dari satu wanita ke wanita lainnya dalam tempo yang relatif singkat. atau dari putus ke balikan lagi  dengan yang tidak begitu lama. Saya penganut teori konspirasi kalau selalu ada wanita disamping salah satu pelopor stand up comedy di Indonesia ini.

Screenshot_2018-05-07-04-25-57

MANTAN (RADIT) FAVORIT SAYA – gambar dicapture dari IG yang bersangkutan

 

Di salah satu wawancara, sebelum melangsungkan pernikahannya, Radit kurang lebih berkata  kalau dia ingin pernikahannya ini menjadi motivasi buat jomblo-jomblo di luar sana…

Trus, apa salahnya?

Ga ada yang salah, tapi begini kawan-kawan :

saya yakin dan percaya  keajaiban itu ada, tapi yang terjadi kasus Radit menurut saya bukanlah suatu keajaiban, bukan sesuatu yang patut diherankan. atau terlebih lagi menjadi sebuah motivasi : kalau jomblo seperti Radit saja bisa menikah, terus kenapa anda tidak?

Ayolah, it’s THE Raditya Dika we’re talking about!

Udah?

Terlepas dari itu semua, seperti judul tulisan ini, lebih jauh saya cuma mengkhawatirkan bagaimana nasib komoditi jomblo kedepannya?

Apakah Radit akan masih bermain-main dengan persona jomblonya, dan masih menjadi semacam suara kaum yang sudah terpinggirkan tiap malam minggu ini? atau sebaliknya mungkin Radit akan lebih keras menyerang para jomblo dengan status barunya ini?

Screenshot_2018-05-06-04-24-34

Harapan penulis sendiri?

Saya pribadi sih mengharapkan semua becandaan jomblo, dan atributnya, seperti mantan, patah ahti, move on,  dan lain-lain, akan segera menghilang, khususnya dari bit dan materi  Radit.

Kenapa?

Pertama : ini akan menjadi kesempatan bagi beliau untuk menunjukkan kemampuannya di genre yang lain ( yang saya percaya bisa tetap pecah,  he’s a genius comedian, indeed), kedua : agar menjadi contoh juga bagi para pengikut Radit : pencela jomblo dan atau jomblo pencela, agar menggantinya dengan lawakan yang lebih fresh. Leave the single joke, alone !!  ketiga :  karena seandainya ini masih dijadikan materi oleh Radit, tentunya, magis nya akan berkurang, it’s not make-believe anymore, kira-kira seperti lagu Terlalu Lama Sendiri nya  Mas Kunto yang terasa ilang magnetnya setelah si pelantun tidak lagi sendiri.

Lalu, bagaimana dengan  nasib penulis sendiri?.Ada apa sampai rela menulis topik ini dan seakan membela hak para jomblo? Mau berniat menjadi maju sebagai calon presiden jomblo dengan sok menunggangi kepentingan para jomblo?

Ah, saya sih sebenarnya tidak ingin ya, tapi kalau masyarakat menghendaki, maka…

Tunggu, emang  penulis jomblo? kalau gak jomblo gak usah ikut-ikutan lah!

Begini, pada akhirnya yang manapun itu, tidak semua yang ditampilkan itu kebenaran bukan? masalah jomblo atau tidak itu cuma soal keberpihakan, survey juga soal siapa yang bayar. Yang penting, saya bisa memakai persona yang pas didepan mereka yang mendukung saya. Lagian saya sudah siapkan yel-yel untuk kampanye pemenangan saya:

WAHAI PARA JOMBLO, MARI KITA LUPAKEN SOAL KEMENANGAN. YANG PENTING, MARI KITA BERGERAK UNTUK MEREBUT KENANGAN!

Sekian, terimakasih.

**

sudah terlalu lama sendiri

sudah terlalu asik dengan duniaku sendiri…

 

 

 

INDRA KEENAN

Indra adalah lelaki yang biasa-biasa saja, jenis lelaki yang biasa ditemukan temukan di sebuah kamar kost biasa, atau sesekali di warnet biasa, atau duduk sendirian di pojokan warung kopi biasa.

Keenan adalah lelaki yang baik luar biasa. dia percaya kalau dia semacam indigo yang punya kemampuan merasa melebihi manusia biasa.

Juni adalah junior mereka yang cantiknya tidak biasa

Dan ini adalah cerita tentang ketiganya.

Cerita yang… biasa.

**

Keenan sedang duduk menikmati secangkir ice long black favoritnya di sebuah gerai kopi tak jauh dari kantornya. Niatnya sih melarikan diri sejenak dari tumpukan kertas dan olahan data yang padahal harus diselesaikan sore ini, tapi sebenarnya ini lebih kepada pelarian akan ruwetnya otak hasil keributan kemaren dengan Kasih, kekasihnya. Pasalnya, Kasih sudah di wanti-wanti orang tuanya soal pernikahan, sementara Keenan belum bisa menjanjikan apa-apa soal ini.  Tadi, sebelum kesini, dia sudah meminta Indra, sahabatnya untuk menemaninya disini, karena dia tau kalau makhluk gondrong itu sedang tidak ada kerjaan, tapi hari ini, dia mengatakan tidak bisa menemaninya, karena ada keperluan mendadak. Padahal biasanya kalau sudah mendengar kata traktir, makhluk satu itu pasti muncul.

Terdengar bel, seseorang masuk di kedai kecil tersebut. Perempuan dengan rambut bob, flannel dan jeans serta sebuah tote bag bergambar wajah John Lennon, pentolan the beatles, celingak-celinguk sebentar kemudian berhenti di depan mejanya.

“Mas Keenan?”

Keenan terdiam sebentar. Sementara Juni tertawa, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Juni?” ucap Keenan tak percaya.

“Ama siapa mas?”  balas perempuan tersebut, masih ada sisa sisa tawa di wajahnya.

“Sorry, apa?”

“Mas ama siapa?”

“Eh, sorry, sendirian?” Keenan terlihat gugup.

“Kamu sendiri ?”

“Boleh gabung ?”  tanpa menunggu jawaban, perempuan itu sudah duduk di depan Keenan.

“Ngopi?” Keenan menawarkan , walau dia tidak terlalu tentang kopi, Indra sang bayangannyalah yang khatam dengan minuman yang belakangan juga mulai diminatinya ini. Juni tersenyum, kemudian memesan secangkir flat white. Keenan balas tersenyum.

kebetulan, Itu yang ada dalam pikiran keenan, pantas tadi perasaannya agak bahagia dan berbunga.

“Ga nyangka ya ketemu disini, ”

“Iya,  tapi aku emang udah ada feeling gitu bakal ketemu ama mas” jawab Juni lagi lagi dikuti senyum yang mengaduk ngaduk cangkir hati Keenan.

 “Serius, kok bisa?”

“Iya, aku tuh emang feelingya kuat mas, soalnya aku punya temen” bisiknya sambil  menunjuk  ruang kosong di sampingnya.

“Teman?”

“Namanya Aya, dia lagi ngeliatin Mas”

Keenan tersenyum kecut, walau mengaku berfeeling kuat, dia paling tidak suka dengan sesuatu yang tidak bisa dia lihat dan jelaskan.

“Kopinya enak?” ucap lelaki itu kemudian.

**

“Lo masi ingat Juni?“  kalimat pertama Keenan mendatangi sebuah warung kopi yang tidak jauh dari kostan sahabatnya ini.

indra masih mengaduk kopi hitam panasnya.

“Oh, junior manis itu, kenapa?”

“Kemaren gue ketemu dia, udah lama banget padahal. Doi katanya udah stay disini, makin cantik”

Indra berhenti, kemudian menyesap kopinya

“Masih nih ceritanya?”

“Mungkin ini jawaban atas kegagalan gue ama Kasih”

Indra menggeleng-gelengkan kepala, tersenyum.

“Gagal gimana, belum finish ini”

“Gue harus realistis, kan lo tau nyokap bokap ortodoks, si Kasih kena dua kali”

Indra masih memandang sahabatnya ini.

“Udah ga sipit, ga salib, I have a bad feeling about this

“Ya elah bos, feeling lagi, ini bukan soal perkara kaca mobil pecah”

Jadi, Keenan percaya kalau dia memiliki semacam feeling. Ceritanya dulu, memang beberapa kali feelingnya kebetulan benar, misalnya ketika mereka harus mengganti kaca mobil yang sedang parkir waktu bermain basket padahal Keenan sudah mengatakan kalau mereka tidak usah basket hari itu, atau ketika Keenan punya feeling kalau cuma Indra yang akan di panggil Dosen ketika mereka  bolos. Untuk yang terakhir ini, Indra tidak  begitu percaya, karena belakangan dia tahu, kalau dosen itu masih ada hubungan darah dengan si Keenan.

“Kalo ama Juni, feeling gue positif nih bro”

“Emang Juni sipit kayak lo?”

Keenan tertawa “Tapi paling ga bisa natalan bareng lah”

**

“Hai Bang” Juni mendekati pria di depannya

Pria gondrong simpatik itu tersenyum “ Ga nyasar kan?”

Juni menggeleng, “Lucu juga ya tempatnya,”

Indra cuma mengangkat bahu, bukan pertama kali dia mendengar pujian sama tentang angkringan favoritenya ini.

“Ya, makanya,sesekali ke tempat yang ga instagramable gini ga papa lah ya,”

Not bad sih Bang, lucu juga” Juni mengeluarkan kameranya, memotret beberapa sudut.

“Gimana feelingnya, masih kuat?”

Juni menoleh, “ Feeling ke abang maksudnya?”

Indra tertawa, dulu memang juniornya ini pernah bilang kalau punya feeling kepadanya, namun Indra tidak pernah membahas dan menanggapinya serius, karena dia tahu sahabatnya juga mengagumi gadis ini, walau Keenan sendiri memang tidak menyatakan perasaannya ke Juni, dia cuma bilang ke Indra dia mengagumi juniornya ini.

“ Maksud abang, kan kamu biasanya suka tau sesuatu gitu”

Juni tertawa melihat muka Indra yang berubah.

“Santai aja kali bang, feeling ke abang udah ilang kok”

Indra tidak tau harus berkata apa, makanya dia kemudian cuma berkali kali merapikan rambutnya, yang padahal  tidak akan pernah rapi.

“Soalnya setelah dilihat lihat,  ternyata abang ga sekeren itu

Indra cuma tersenyum kecut

“Lagian itu kan dulu Bang”

Indra lagi lagi cuma bisa tertawa

“Kalo ga mana bisa aku minta cariin ke abang, ya kan?” Lanjut Juni.

“ Jadi,  feeling kamu gimana, bakal ketemu disini ga jodohnya?” Indra mencoba mengganti topik.

 “Kayanya gitu sih bang” jawab Juni sambil sibuk motret makanan di angkringan yang kebetulan masih sepi.

“Feelingnya masih kuat berarti”

“Maksud abang?’ tanya Juni heran.

“Besok Abang kenalin kamu sama seseorang”

**

Keenan baru saja memarkir  Mustang hitamnya saat dia melihat sosok cantik yang dia kenal .

“Juni?”

Hari itu, juniornya ini terlihat sangat amat menarik dengan sackdrees  putih yang dengan sebuah kalung silver. Simple, yet elegant

“Mas Keenan?”

“Ah, kerjaan Indra lagi ya?”

Jadi, beberapa hari kemudian,Keenan akhirnya tahu, kalau Indra sengaja mengatur pertemuan mereka. Awalnya, Juni sendiri juga sebenarnya tidak tau siapa yang akan dikenalkan Indra, dia pikir Indra juga akan ada berada disana hari itu, tapi ketika melihat Keenan, dia langsung tau dan ikut dalam rencana Indra.

Juli tertawa “Ga lah, Karina itu temen aku”

“Wah , yang cowo temen kantornya Aku” jawab Keenan.

“Kamu datang sendiri?”

Juni megangguk, lagi-lagi memberikan senyumannya

“Mas sendiri?”

“Bareng anak istri, udah masuk duluan”

Juni terperangah.

“Ga lah, sendiri. serius amat, mau masuk sekarang?”

Indra menggamit tangan Juni, Keduanya tersenyum.

**

Indra juga sedang tersenyum di kamarnya, menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok sambil melihat postingan Instagram Keenan bersama Juni. Dia kemudian keluar dari aplikasi tersebut dan kemudian mengetik sebuah pesan ke sebuah nomor lain.

“Sorry gua ga bisa datang, ada keperluan mendadak banget- banget,emergency.  Happy Wedding bro, sampein ke Karina juga, akhirnya tugas gue sampai finish. SAMARA ”

Indra tau pasti, semua sudah ada yang mengatur, mau kebetulan atau takdir, semua sudah ada ada rahasia masing masing, tanpa atau dengan campur tangan Indra, yang ditakdirkan bertemu akan tetap bertemu, begitu juga sebaliknya.

**

Dilan 1.5

tujuan pacaran adalah untuk putus, bisa karena berpisah, bisa karena menikah

– Pidi Baiq

Kutipan diatas, yang juga merupakan tagline buku ini, buat saya ini semacam tantangan untuk menebak :

apakah Dilan dan Milea akan berpisah,atau menikah?

dan untungnya jawaban saya benar.

**

just a lucky guess.

Karena saya bukanlah pembaca blog nya sang pengarang seperti kawan saya si Edo, yang mungkin sudah tau isi ceritanya sebelum buku ini diterbitkan, seperti yang terjadi di buku pertama. Buku kedua? Lebih hebat lagi, Edo tinggal tanya endingya ama si Egik yang udah baca buku ini duluan, dan ketika sudah di jawab, Edo tinggal manggut-manggut. Langsung paham dan bisa menyimpulkan.

ah, seandainya saya punya kemampuan seperti kawan saya ini, tentunya saya tidak perlu membaca semua buku di dunia ini.

dilan-2-5588d079df720

Buat saya, Dilan jilid dua ini, sesungguhnya bukanlah sebuah sekuel dari Dilan.Buku ini semacam Dilan pertama ditambah jawaban tebakan dari ending pertanyaan diatas. ( ini seperti yang terjadi dengan comic 8 : king casino king yang juga seharusnya tidak di bagi menjadi 2 part ) Dan tentunya harus ada sebab donk kenapa mereka harus nikah ( atau pisah) di ending ? nah, disinilah munculnya konflik.

sisanya?

sisanya adalah nostalgia Milea tentang siapa Dilan, dari berbagai sumber, kebaikan, kekerenan, kelucuan, baik yang sudah ditampilkan di buku pertama, atau beberapa tambahan lain, dan tentunya jutaan dialog gombal tapi manis ala Dilan yang bikin saya senyum-senyum dan tentunya bikin cewe seantero dunia jatuh cinta kepada sosok yang hampir menyamai kesempurnaan mas Boy ini.

skip.

Seandainya, saya disuruh memilih antara buku pertama dan kedua, saya jelas memilih…

kedua…nya,

maksudnya, dua buku ini digabung dan di jadikan satu buku aja. PAS

Beda dengan Konflik di buku yang pertama cukup terasa, di buku kedua ini cuma ada konflik konflik kecil yang terjadi dalam rentang waktu pendek, seakan cuma melengkapi konflik akhir, yang membawa kita ke jawaban pertanyaan di atas.

nikah, atau berpisah?

Saya tidak akan spoiler, tapi di sinilah kerennya : kesedihan ini di tutup dengan tempo yang cepat…

Mungkin perpindahan yang cepat inilah yang membuat saya tak sempat untuk bersedih, atau mungkin karena saya sudah menebak hasilnya, atau mungkin keduanya, yang pasti ini tidak seperti yang diceritakan teman-teman saya, terutama si Oni, pemilik buku bertanda tangan ayah ini, yang mengaku sesenggukan di ending.

Selain kemampuan luar biasa untuk ‘menyamar ‘menjadi seorang wanita, ( serius, kalau saya tidak tau Pidi Baiq adalah seorang cowok, maka saya pasti akan berpikir ini adalah kisah nyata curhatan sma beliau ), saya juga sangat kagum dengan dialog yang muncul di novel ini, tik-tok antar karakter lancar dan… hidup. Ini menjadi semacam pembuktian kalau tidak semua cerita hebat harus bergantung pada narasi dan deksripsi yang panjang. Dan sekali lagi, pilihan tempo cepat di ending adalah sesuatu yang tepat, endingnya pun sudah berada di tempat yang pas. Bahwa tidak semua kisah cinta harus berakhir dengan….

Terakhir, mudah-mudahan ini bukan spoiler , pertemuan kembali Dilan dan Milea pun tidak dibuat mengharu biru,

manisnya pas.pahitnya pas.

Sekali lagi, pacaran mungkin berhenti saat pisah, atau saat nikah

tapi ..

cinta tidak…

**

Aku mencintaimu, biarlah, ini urusanku. Bagaimana kamu kepadaku, terserah, itu urusanmu

-Pidi Baiq-

FOTO

Ramon menatap foto pernikahannya. Satu bulan yang lalu, di foto itu dia dan istrinya, terlihat tersenyum bahagia dalam baju daerah mereka. Pernikahan ini terbilang cukup ajaib, karena kawan- kawan sudah meramalkan kalau Ramon akan menjadi penganten penutup di angkatan mereka. Namun siapa sangka , Ramon yang katanya belum kepikiran buat nikah, masih pengen sendiri, belum bisa berkomitmen, dan pemilik seribu alasan sejenis, akhirnya menikung mereka, berada di klasemen tengah, meninggalkan beberapa orang kawannya dalam status single. Ramon tersenyum, dia lagi lagi menatap foto dalam bingkai di tangannya. Foto dua orang..

**

Ramon menatap foto kiriman papanya lewat ponsel. Kali ini seorang tetangga sekaligus temannya yang naik pelaminan. Ramon lagi-lagi Cuma bisa tersenyum.

“Mon, salam kamu udah papa sampaikan, tadi Tari nanyain, Ramon kapan nyusul ?”

Dia membalas pesan dari papanya dengan sebuah sticker senyuman yang akhirnya menjadi penutup perbicangan ayah anak sore itu.

Ramon menghela nafas, dia melihat foto di tangannya , foto dua orang…

**

Ramon menatap foto nya dan Ryu, sahabatnya keturunan jepang yang kebetulan mirip dengan tokoh utama game Street Fighter itu. Foto itu diambil oleh Lady, salah seorang gadis yang kebetulan punya kisah sendiri dengan Ramon dan Ryu. Setelah sekian tahun persahabatan, ini satu-satunya foto mereka berdua, dan istimewanya lagi diambil oleh gadis yang mampu mengambil hati keduanya. Lady adalah senior mereka di perguruan tinggi, dan ya, tertebak, mereka terlibat cinta segitiga. Tapi ajaibnya kisah ini berakhir dengan keduanya mundur,saling mengalah, sampai akhirnya, beberapa hari yang lalu , Lady mengirimkan foto prewed kepada Ramon yang cuma tersenyum menatap foto ditangannya. Foto dua orang. ..

**

Ramon menatap foto kiriman mamanya. Cinta,anak sahabat mamanya, yang juga seorang model, sudah di pinang seorang dokter muda.

“Itu prewed cinta, udah liat? cantik ya Mon”

“Udah ma, liat di path

“O iya, cantik gitu ya? coba dulu waktu tante Ami ngejodohin, kamu ga nolak Mon”

Ramon tertawa “Mama bisa aja, berarti kami ga jodoh Ma, itu ”

Ramon menghisap rokoknya.Dalam.Panjang.

Jodoh? bahkan dia tidak mengerti konsep jodoh itu sendiri. Lebih jauh, dia tidak begitu percaya kalau pelaminan adalah garis finish untuk menentukan seseorang berjodoh dengan orang lain.

Ramon memalingkan pandang ke layar komputernya, foto dua orang…

***

Ramon menatap foto dua orang di layar komputernya sambil tersenyum, akhirnya sahabatnya ini akan menikah dan dia mendapat kehormatan mendesain undangannya. Yah, Ryu akhirnya menemukan seseorang untuk menjadi tambatan hatinya setelah sekian lama bergelut dengan ketidakjelasan, setelah sekian lama di antara gelas gelas kopi mereka, Ramon mendengar cerita tentang bagaimana hubungannya hampir selalu berakhir berantakan.

Ramon kemudian sibuk di layar sampai…layar Handpone nya menyala,

Ramon menatap wallpaper ponselnya, foto dua orang…

**

Ramon menatap foto di ponsel papanya, ketika dia sedang berada di rumah, hari itu.

“Cocok ya mon?” papanya duduk di sampingnya “ Kebetulan yang cewek ini anaknya teman papa”

Ramon cuma mengangguk.

Dia tau kemana perbincangan ini akan bermuara.

“Masa kalah ama Reza mon, junior kamu di SMA kan itu?” kali ini Mamanya.

“Jadi kapan nih Mon mau di kenalin ke kita?” Papanya bersuara lagi.

Ramon tidak menjawab, ia cuma tersenyum. Kembali memandang foto dua orang…

**

Ramon masih menatap foto di tangannya. foto pernikahannya. Dia tersenyum. Lagi.

“Kenapa bang?”Istrinya datang ke pustaka kecil yang kebetulan langsung berfungsi sebagai ruang kerjanya.

“Ga, cuma pengen liat foto ini aja, biar ngantuknya ilang” ujarnya berbohong dibalik senyuman, kemudian meletakkan kembali foto tersebut di meja.

“Udah larut bang, tidur, jangan di paksakan, sesuatu yang di paksakan ga ada yang baik” tutur istrinya sambil duduk di sampingnya.

Ramon tersenyum mendengar pertanyaan istrinya barusan.

“Iya, tapi lusa deadline, kasihan editor Abang” Jawab Ramon

“Pokoknya, kalau bab ini kelar,abang langsung istirahat ya”

Ramon mengangguk manis.

“Mau adek bikinin kopi lagi?”

Ramon menggeleng “ Ga usah, ntar aja abang bikin sendiri”

“ Ya udah” Istrinya memberi kecupan pada bibir Ramon “Adek tidur duluan ya”

Ramon memandangi kepergian istrinya, kemudian tersenyum,

Ramon memejamkan mata, memandang sebuah foto lain, di meja kerjanya, foto dua orang…

yang amat dicintainya : Foto Mama dan Papanya.

**

nyari di google

nyari di google

Postingan telat tentang nikahan Ade

Hai semua

Semua yang baca

Semua yang masih sering ngintip kesini walau ga ada tulisan baru

Saya mau ngucapin makasih

 cut the crap

Saya mau langsung cerita aja

Ade, yang saya ceritakan di sini sebagai pencipta blog ini, akhir bulan kemaren akhirnya mengakhiri masa lajangnya

ya, ya, saya tau ini telat di posting ( double maaf kepada Ade.)

Yah, tetangga sekaligus teman saya yang cantik ini akhirnya menemukan pangerannya nya, seorang dokter juga

10628630_10205727507821335_1766514138000880579_n

nyuri dari fb yang bersangkutan

Seikit nostalgia, Saya lupa persisnya gimana kami bisa jadi teman sekaligus tetangga yang baik, yang pasti hal itu menyangkut novel dan teenlit yang saya borong dari rumahnya, lebih dari 20 novel pindah ke rumah saya, trus ini juga menyangkut dengan transaksi film dan serial tv dengan udanya Ade, Da hen. Sekarang, Berhubung Ade sudah ada “uda” yang baru, semoga bisa akrab juga, soalnya saya ( dan juga seorang teman saya yang tidak mau disebutkan namanya disini) punya jadwal khusus untuk berkunjung kerumah Ade pas lebaran tiap tahunnya,.

Saya cukup sedih, ( teman saya yang saya ceritakan tadi lebih sedih, mungkin ),karena beberapa saat yang lalu ketika dia mengabarkan hal ini, saya bilang saya mau hadir, karena memang saya berencana pulang, tapi kemudian karena satu dan lain hal saya terpaksa menunda kepulangan tersebut. Maka jadilah saya cuma bisa titip salam ama Bunda dan Papa.

 BARALEK ADE

 sekaligus nitip ginian

Karya adik, saya, yang mau bikin kaya gini silahkan cek ig: @phillow_shopie atau line : @aliphillow #PROMOIYAINIPROMO

Karya adek, saya, yang mau bikin kaya gini silahkan cek ig: @phillow_shopie atau line : @aliphillow #PROMOIYAINIPROMO

semoga suka, semoga samara

Sementara ..tentang saya ga ada hal yang baru yang layak untuk diperbincangkan, saya masih lelaki membosankan dengan keluhan tentang kebosanan yang kalah membosankan, juga dengan tulisan-tulisan membosankan dengan alasan membosankan, yah mudah-mudahan ga bosan baca blog membosankan ini.

Sementara tentang saya ga ada hal yang baru tentang saya, saya masih lelaki membosankan dengan keluhan tentang kebosanan yang kalah membosankan, juga dengan tulisan-tulisan membosankan dengan alasan membosankan, yah mudah-mudahan gak bosan baca blog membosankan ini.

123456789

Sesungguhnya, 27  itu umur keren. bukan umur yang mengkhawatirkan. Mengutip dari 3 Hari Untuk Selamanya (2007), sebuah Road Movie yang di bintangi Rangga dan Karmen AADC :

“pas lo umur 27, lo akan mengambil sebuah keputusan yang penting yang akan ngubah hidup lo”

Apalagi, jika dibandingkan dengan umur yang memiliki angka yang sama  : 72, usia 27 jelas masih sangat muda, apalagi kalau anda sedang berpikir serius tentang…

menikah

dengan kata lain, masih tidak ada  yang perlu dikhawatirkan.Apalagi kalau anda belum resmi 27, baru resmi 27 nya….akhir Desember tahun ini.. santai bae…

tapi…

Terkadang ada hal-hal dan semacam pertanda yang membuat anda yang berada di titik ini, di sarankan untuk mulai berpikir serius untuk mulai serius :

  1. Dimana pun berada, perbincangan  yang muncul adalah masalah pernikahan, gambar-gambar yang anda lihat adalah  foto bayi, balita dan pelaminan, paling tidak foto prewedding rekan dan kolega anda. Begitu juga dengan grup – grup yg anda ikuti atau anda admin-i, fungsinya berubah  menjadi tempat  undangan nikah atau akekah. Walau belum begitu parah, sebaiknya anda berubah.
  2. Lagu ‘Terlalu Lama Sendiri’  nya Kunto Aji menjadi lagu yang tiba tiba sangat mewakili perasaan anda, seperti kata anak nongkrong zaman dahulu kala : gue banget.  Anda memutarnya berulang-ulang dan menyanyikannya dengan khusyu  dan syahdu,dari hati. Dan kalau anda adalah lelaki , maka  perlahan anda  menjadi mirip dengan penyanyi lagu tersebut.
  3. Anda merasa terganggu melihat teman sekamar anda mesra-mesraan  lewat  Telpon pagi-siang dan malam. Selanjutnya anda pun menjadikan teman anda tersebut sebagai inspirasi untuk tulisan di blog anda. Perlahan blog anda cuma menjadi pelampiasan ketidakmampuan anda untuk memulai sebuah hubungan yang serius. Atau mungkin anda iri, tidak punya kemampuan untuk memakai baju berwarna senada tiap ketemuan, atau mengingatkan jumlah kandungan kalori dalam makanan pasangan anda.
  4. Bahkan ketika anda melihat anak SMA dekat kost-kostan anda  bermesraaan, tangan anda gatal untuk mengabadikan momen tersebut. Kamera ponsel anda berbunyi dan anda ketahuan !!… Anda harusnya malu..ya, malu..20150323_093131
  5.  Anda sudah sering sakit-sakitan dan dokter menyerah mengobati anda. Menurut teman-teman anda, anda sudah harus mencari dokter pribadi. Tapi anda cuma bisa berkata.. semua pasti ada waktunya…  namun jauh di lubuk hati.. kembali ke nomor 2
  6. Penampakan anda sudah tidak karuan. Ketampanan anda memudar, berat badan anda terus naik. Sialnya, ketika  anda ingin menumbuhkan cambang dan brewok, anda gagal melakukan itu semua. Padahal dalam kepercayaan anda, gendut, brewokan dan rambut berantakan adalah perpaduan yg sempurna.Kasian.
  7. Anda  berpuasa, tapi anda cuma mendapatkan haus dan lapar saja. seperti yang di katakan Oscar Wilde di Lady Windermere’s Fan  : “I can resist everything except temptation”
  8. Anda terlibat kencan fantasi imajinatif dengan beberapa aktris wanita, dalam dan luar negeri. juga skandal perselingkuhan dengan beberapa karakter wanita sexy dalam anime. 

    Jessica Chobot

    Jessica Chobot

  9. Anda lelaki, dan orang tua anda menelpon menanyakan calon menantunya. Pertanyaan yang sulit di posisi anda sekarang, tapi seperti biasa, anda masih bisa ngeles dengan skill yang anda punya. Sampai kemudian, tidak ada angin tidak ada hujan,orang tua anda tiba tiba menghadirkan pertanyaan yang merupakan campuran motivasi, hiburan, becandaan dan kekhawatiran :  Bunda tau anak bunda ganteng, tapi calon menantu  bunda …….ga ganteng juga kan?

Nah, yang manakah yang sudah anda alami dan rasakan, salah satu atau mungkin semuanya? Jangan tanya saya, sia-sia, karena anda sudah tau kalau jawaban saya pasti salah semuanya.

Anima, Animus

“Menikah?” Dia tertawa kemudian melanjutkan, “Kamu pikir segampang itu, ini bukan cuma tentang dua orang, ini tentang dua keluarga, tentang dua ide yang ga selalu sama”

Aku tersenyum, sementara gadis manis didepanku  ini kemudian menurunkan volume dan tempo suaranya.

“Pangeran udah nanyain sih, tapi aku nya yang belum siap”

pangeran, adalah bagaimana kami menyebut kekasih resminya saat ini, karena di beberapa kali kesempatan aku memanggilnya tuan putri, dan juga karena dia selalu menganggapku sebagai bawahannya,  kalau tidak tukang ledeng seperti Mario dan princess peach, maka aku adalah pengurus kuda, yang manapun tak apa-apa, karena bagi pengadut paham femdom seperti aku, keadaan seperti ini terbilang  membahagiakan.

“Bahkan..” Dia menggantung kalimatnya kemudian menghela nafas lagi  “Jujur, aku sama sekali ga kepikiran buat nikah ”

aku masih tersenyum, satu kesamaan lagi mencuat diantara kami

“Kamu sendiri?” balasnya kemudian

aku menggelengkan kepala

“Aku yakin kamu sudah tau kalau,  I’m not man of commitment” Ujarku kemudian. Kami diam sejenak, kemudian aku menghela nafas “ but who knows? “ lanjutku sambil merapikan dan mengikat rambut gondrongku. dan kemudian kami berdua tertawa.

**

“Suka bikin script?”

gadis didepanku bertanya, aku kaget, tiba tiba pertanyaan demikian muncul dari bibir tipisnya.

“Itu, bukunya” lanjutnya demi menjelaskan kebingunganku.

Aku baru sadar

“Masih belajar” jawabku kemudian menutup buku dan focus ke arah pewawancara  dadakan yang cantik ini

“oh, aku Athena, aku suka bikin film juga”

“Rex” Balasku pendek.

Dan kemudian pembicaraan berubah dan bergerak secara random, dari film ke  komik, dari vampire sampai ragnarok, dan dua mangkok bakso menutup perjumpaan pertama kami.

**

Umurnya yang beberapa tahun bawahku tidak membuat dia manja, malah sebaliknya, aku yang suka berlaku demikian. Aku  suka saat dia mengacak ngacak rambut ku yang berantakan, aku yang suka tiduran di kaki kurus yang di balut jeans bolong-bolong itu, dan dia yang lebih sering menasehatiku tentang bagaimana hidup dan hal hal filosofis lainnya.

hari ini, aku sedang tidur di pangkuannya ketika dia sedang menggambar wajahku,

“Kamu jangan gerak-gerak ih, susah”

Aku tertawa kemudian beranjak dari pangkuannya, tak lama kemudian aku merobek sebuah kertas dari notebook yang selalu aku bawa kemana-mana,  mencoret – coret, tak lama kemudian, di kertas itu sudah hadir versi cebol dari dirinya.

Dia tersenyum,“Not bad”, lanjutnya kemudian.

Baru kali ini ada cewek yang memberikan penilaian not-bad buat gambarku, dan sialnya, aku harus mengakuinya. she’s better

**

Aku harus ke ibukota, ada sebuah proyek tulisan yang membutuhkan aku untuk menetap  beberapa bulan dengan team penulis di sebuah rumah yang sudah disediakan. Sialnya pada hari yang sama  siluman rubah betina ini mau ke Jogjakarta. Ya, siluman rubah betina adalah julukan yang diberikan pangeran kepadanya, seperti yang dia ceritakan kepadaku…

“Apa aku batalin aja ya?” tanyaku sore itu di sebuah coffee shop favorite kami.

“Ga usah “ katanya pendek sambil menyesap Americano di cangkirnya.  Hari itu cantiknya agak berbeda, rambut panjangnya yang biasa sekarang dikuncir, memperlihatkan leher putih mulusnya yang menggoda. Jumper kebesaran yang sehari-hari akrab dengannya sekarang juga tidak ada, dia cuma memakai kaos polos hitam panjang kebesaran. Jeans? masih yang seperti biasa.

“Tapi sayang banget kan, kapan lagi kita bisa pergi bareng, mumpung kamu ga lagi ama pangeran” Ujarku mengedipkan mata, persis om om genit jahat di sinetron.

Dia tertawa, “sebenarnya aku pengen ngilang sendiri aja” jelasnya kemudian, tetap dengan tampang polos tak berdosanya/

aku menggeleng, tertawa, tapi  kemudian menarik nafas panjang. aku mengerti cewe di depanku ini, kaalu dia pengen sendiri ya berarti sendiri, karena aku kenal seseorang dengan watak sama persis seperti ini.sangat kenal.

“Ya udah, besok sebelum berangkat aku antar kamu ke stasiun.” ujarku.

“Kamu kebanyakan nonton korea” balasnya tak  lama kemudian.

**

Beberapa kali telpon ku tidak diangkat, sekalinya diangkat cuma basa basi bertanya kabar. Athena  bercerita hal hal biasa, dia  sudah kembali sibuk dengan kuliah, film-film indie dan gambar gambarnya, sementara aku sedang di ibukota, menunggu ketidak pastian proyek tulisan yang ternyata akhirnya digantung sampai waktu yang tidak ditentukan. dan akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kota Athena.

Perlahan, mungkin karena kemauan penulis naskah di atas sana, hubungan kami menjauh, atau mungkin memang mungkin salah satu dari kami secara tidak sengaja berdoa untuk ini semua….

tapi puncaknya adalah ketika aku melihat perubahan di status facebooknya,

Siluman rubah betina ini sudah menikah!!

Demi apa?

Mungkin salahku yang sudah terlalu lama tidak membuka facebook sejak kehadiran nabi- nabi baru sejenis Jonru…

Kembali ke siluman rubah betina, aku pun  langsung mengirimkan pesan sekaligus berharap kali ini dijawab. dan sepertinya tuhan memang bertanggung jawab penuh atas skenario ini, buktinya, tidak lama kemudian langsung ada balasan dari  Athena :

Iya, aku udah merid.

Hari itu tuhan mengizinkan kami bercerita lagi, dari sana aku tau  dia tidak lagi di kost lamanya yang horror karena lokasinya di komplek rumah tua peninggalan belanda itu. Tapi ada yang lebih mengerikan, menurut ceritanya sekarang dia sudah pindah ke sebuah rumah kecil bersama suaminya, katanya tidak jauh dari kostan aku di kostan aku di kota ini.

sial!

Tapi, akhirnya Aku pun mengucapkan selamat, terutama ketika aku aku tidak menemukan foto bulan madu ke Thailand atau singapura, seperti yang aku temukan di foto-foto temanku yang belakangan juga seperti berlomba menikah dan menimang bayi.

Ah, mungkin sebenarnya aku cuma iri,

Mungkin juga,  suatu saat nanti, kalau aku menikah, aku akan melakukan hal yang sama seperti dia.

tapi aku percaya, Bukan cuma jatuh cinta, harusnya pernikahan juga bisa biasa saja.

**

Hari ini,aku melihatnya lagi untuk pertama kali setelah pelukan di stasiun malam itu,  sekarang , kami mengulang lagi di tempat kami pertama kali bertemu, kali ini berbeda, dia bersama suaminya.

Aku sibuk membaca sambil sesekali mencuri pandang ke arahnya.

“Siapa?” tanya perempuan di sebelahku

“Bukan siapa-siapa, mirip teman” Bohongku perlahan.

Dia cuma mengangguk sambil menikmati cappuccino ya.

Akhirnya, beberapa waktu kemudian, si rubah betina ini melihat ke arah ku, dan kalau aku tidak salah ,dia sempat  tersenyum. Itu saja.kemudian dia terlihat kembali sibuk.

Ah, aku tertawa. Susah dipercaya, tapi sepertinya besar kemungkinan dia tidak  lagi mengenali aku. Banyak Alasan,  selain meja kami yang lumayan berjarak, dia juga sedang tidak memakai kacamatanya. selain itu, mungkin aku tidak lagi lelaki gondrong seperti yang dia kenal dulu. Aku sudah memangkas rambut gondrong sebahuku sebagai harga untuk bergabung di sebuah kantor konsultan politik di kota ini. Lagian, gadis disebelahku ini tidak begitu suka dengan rambut lamaku, katanya dengan rambut seperti ini aku akan terlihat lebih segar di hari pernikahan kami yang akan berlangsung tak lama lagi. Mohon doanya.

Tika Merid Indonesia Indah

“ TMII wak lah

ajakku kepada beberapa teman-temanku yang berdiam di Jakarta, ketika mereka menanyai aku mau di ajak jalan kemana. Yah, walau sudah pernah bekerja selama beberapa bulan di Jakarta, ibukota ini buatku masih asing,selain memang  provinsi yang berkedok kota ini terbilang luas, aku memang tipikal anak kamaran. jadi , tidaklah mengherankan kalau aku sama sekali belum pernah ke objek wisata manapun di Jakarta. yup, aku memang separah itu.

“TMII? jam segini udah tutup” ujar  Haris, padahal waktu itu masih sore..

“TMII? sekarang lagi rame banget, lain kali aja”  jawab temanku yang lain.

“TMII?   tunggu  lo udah nikah dan bawa anak dulu deh.”

lho?

sampai-sampai saat aku cerita ini ke Agy, temanku yang bermukim Jogja, dia juga bilang : udah ga secantik dulu om..

okelah…

aku pun pasrah, mereka mungkin sudah bosan ketempat tersebut..

kesana sendirian? aku juga belum kepikiran

**

Aku asik berkutat dengan laptop di kamarku di kota kembang ini, saat Haris menelponku,

“Tika tadi ngasih undangan”

yah, Tika memang bilang dia merid bulan ini, tapi aku belum tau tanggal pastinya

“Kapan? “ aku pun bertanya

“Sabtu ini, tebak dimana?”

“Dimana? “aku  bertanya lagi

“TMII” Haris memberi jeda sejenak, kemudian melanjutkan “Selamat, akhirnya ka TMII jo uda yo…

**

 

Image

 Hari H, selepas magrib  di rumah sepupu Haris yang kami  jadikan basecamp

Dari beberapa yang di tag di undnagan, dari sekian rekanan yang ada di Jakarta, akhirnya, terkumpullah beberapa orang ini : Haris, yang  memang menetap dan bekerja di  Pasar minggu ,Ferli, si bule yang kerja di BNI ancol dan ngekost di slipi,  Arif,  mahasiswa S2 UI, dan saya, Sang pengangguran yang didatangkan langsung dari Bandung.

“jadi, laki-laki semua nih? “ tanya ferli khawatir.

“Bawa siapa kek, yang penting ada cewe” lanjutnya

sebenarnya ada beberapa orang rekan wanita yang berencana pergi, tapi sepertinya lembur malam minggu itu lebih menarik untuk dilakukan :P.

“Kalem,Amy udah disana” jawabku singkat,menyebut nama seorang pramugari yang sudah entah berapa lama tak kutemui. Dengan kehadirannya, paling tidak, kami tidak akan dituduh f4. maksud kami : one direction..

**

Tanpa kemacetan yang berarti, kami sampai ke gerbang TMII yang entah sebelah mananya. saya tidak peduli, yang penting saya akhirnya tau kalau TMII tidak ditutup sore hari seperti yang ditanamkan di kepala saya selama ini. setelah muter-muter dan tanya sana sini akhirnya kami berhasil sampai ke lokasi pesta: Anjungan Sumatra Barat. Kami tidak langsung masuk, kami musti menunggu Amy yang ternyata masih beberapa tahun cahaya di belakang kami..

Amy, ternyata datang dengan cowonya yang kebetulan juga urang awak, maka sambil menunggu acara formal yang sedang berlangsung, kami pun mengakrabkan diri, apalagi cowonya juga seorang laki-laki, jadi  bisa nyambung dengan ota kami-kami ini. Setelah sekian lama, di fase ini jugalah saya bertemu kembali dengan hijabers imut lucu, sahabatnya Tika : Yulia yang datang beberapa puluh menit setelah kami.

Setelah acara formal berakhir, sebenarnya kami berencana langsung menyerbu beberapa makanan yang  terhidang seandainya Amy tidak menasehati kami ,

“Kita salaman dulu , makan-makannya ntar aja”

Image

Kami pun sepakat untuk menjadi lebih beradab, salaman dulu dengan yang punya hajatan, tentu saja, si anak daro, Atika, adalah teman kami di bangku kuliah, sementara sang marapulai adalah suami tika yang juga senior kami.Setelah cukup lama antri, akhirnya kami pun bisa bertemu dnegan dua insan yang berbahagia tersebut. sambil bersalaman , Tika berbisik pelan,

“habis ini jangan langsung pulang ya, kita foto bareng dulu”

Saya menjawab dalam hati :

“Tenang tik, kami ga bakal pulang sebelum mencicipi semua hidangan di luar”

saat itu saya sedang di zoom diiringi bebunyian cymbal.

**

Demi santapan pertama kami : SATE, kami pun rela menjadikan Haris sebagai tumbal ( kebetulan kostumnya mirip dengan yang menjaga stand sate, jadi dia bertugas mensupply sate buat kami semua), setelah sate di tangan, kami pun mencoba menemukan sebuah tempat untuk menghabisi makanan tersebut, akhirnya kami menemukan sebuah tempat strategis. sebuah pojokan dimana gelas dan piring tertata, di balik rak-rak gelas tersusun , sebuah tempat yang teduh, karena hujan mulai turun..

Disela-sela hujan kami pun mulai bernostalgia, terutama Amy, yang sudah menghilang dari peredaran beberapa taun belakangan. Amy pun mulai menceritakan masa-masa kuliah kepada kembaran Nicholas saputra yang menjadi kekasihnya tersebut. Sayangnya, sebagian besar isinya adalah hal-hal yang keren tentang saya: bagaimana saya dimarahi, tidak diperbolehkan masuk, diusir dan sebagainya ketika berada di bangku kuliah. Untunglah, Haris yang shiftnya sudah selesai datang dan memberi kode  untuk segera menghajar nasi dan teman-temannya. 

Singkat cerita kami pun bergerak cepat, nasi dan lauk pun kami hajar, kecuali amy yangkatanya lagi diet, dia Cuma memamah satu cup ice cream.

**

“KEPADA KELUARGA UNTUK SEGERA KE PELAMINAN UNTUK BERFOTO BERSAMA..”

MC pun mengambil alih suasana ketika hujan mulai mereda. Tak terasa, sudah hampir dua jam kami disini, saya sudah kembali dengan dua cup ice cream lagi..

 “Habis ini kita foto ama Tika ya guys?”

Amy mengingatkan  kami seakan kami lupa tujuan awal kami kesini, yaitu…. mmm..,mm..

Pokoknya, tak berapa lama kemudian undangan yang tadinya ramai kian berkurang, mungkin mereka memang menunggu sesi foto bersama kedua mempelai yang kebetulan adalah fotografer. Bang En adalah fotografer yang karyanya sudah diakui di kancah internasional, sementara Tika, walaupun bekerja sebagai reporter disalah satu tv swasta, fotografi adalah dunia nya juga. sungguh luar biasa, bisa menemukan teman hidup yang memang hidup di dunia yang sama..

ah, mudah-mudahan saya nanti bisa nonton tokusatsu bareng ama …

oke, kembali ke jalan yang benar

Akhirnya sampailah giliran kami untuk berfoto bersama kedua mempelai, dan sama seperti proses pengambilan foto tadi, tak terasa, kami sudah harus berpisah..

**

Setelah sepatah dua patah kata perpisahan dengan Amy an uda nya, serta setelah beberapa ratus kata perbincangan dengan Armen dan Willy , ( rekan sesama fotografernya tika dan yulia ) saya pun bergabung dengan one direction untuk kembali dan menghabiskan malam di basecamp.

Saat motor mulai membelah angin malam TMII, saya yang dibonceng Ferli pun mulai bertanya ini itu, mulai dari danau sampai bioskop keong mas, dan sebagainya dan sebagainya. Ferli pun mencoba menjawab sebisanya, sampai..

“Tapi entahlah ray, dulu juga kesini waktu masih kecil” jelas Ferli kemudian.

Akhirnya , saya berkesimpulan saja,  di umur segini, tidak semua orang  tertarik lagi ke TMII, dan entah kenapa saya percaya tidak smeua orang benar-benar pernah ke TMII. saya masih ingat kata-kata Amy ketika saya bercerita ini kali pertama saya ke sini.

“ Selamat menikmati TMII deh ray, Ami tadi udah naiak logonda ama uda “

hening sejenak.

“Mm..maksud ami.. gondola?”  tanyaku yang benar benar tidak tau apa itu logonda, kecuali nama sebuah merek biscuit..

**

Kami sudah duduk di teras basecamp sambil menyalakan rokok, menunggu Arif yang ceritanya di tengah jalan tadi, tepatnya entah dimana, sepertinya tengah mengamalkan salah satu puisi favoritenya : The Road Not Taken  nya  Robert Frost.

Tak lama kemudian , yang ditunggu pun muncul dari kegelapan malam.

“Emang tadi lewat mana rif?” tanya Haris.

“Muter ke ragunan “ jawab arif sambil membuka helmnya.

“Ragunan? kenapa ga sekalian ajak si Ray.. dia belum pernah ke ragunan juga. ya ga Ray? ”

tanya Ferli sambil melirikku. Kemudian tertawa puas.

Aku pun ikutan tertawa. ya,Ragunan sepertinya menarik, dan sepertinya untuk kesana. aku harus menunggu seorang teman untuk mengadakan pesta kawinan disana..

 ada yang tertarik?

 

NB : 1.karena banyak kawan-kawan yang entah kenapa ‘malas’ maen ke sini, makanya saya juga posting tulisan in di fb

        2. foto pas resepsi kemaren belum dirilis, makanya saya nyolong foto WA nya si tika..

 

HOLLYWOOD BANGET

“Percy Jackson?” ulangnya dari seberang sana.

“Iya, yang sea of monster, sequel lightning thief” aku menjelaskan “Emang kenapa?”

“Kamu ngapain nonton film begitu? mubazir.”

Aku tertawa, ini bukan pertama kalinya aku diserang begini “Penasaran aja, aku kan udah baca bukunya, jadi pengen tau gimana jadinya di film ”

“Hollywood. Belakangan modalnya ekranisasi doank”

“Apa?”

“Memindahkan teks ke visual, biasanya disebut ekranisasi“ terdengar helaan nafas “ selain itu , kamu nonton apalagi?”

Ekranisasi, Istilah yang baru di telingaku, biasanya aku Cuma menggunakan kata ‘adaptasi’, tapi aku tidak mau memperpanjang masalah, ”RIPD” jawabku singkat.

“Oh iya,gimana ? aku belum sempat nonton”

“Yah.. ga istimewa istimewa amat, standarlah” jawabku sok tau

“Hollywood banget yah?”

Aku diam dan tertawa lagi, yang abrusan itu salah satu frase favoritenya “Jadi gimana? Besok bisa?” aku mencoba mengalihkan

“Hmmm…oke, besok habis les gambar kita ketemuan di tempat biasa”

“Siap. See you tomorrow” aku menutup pembicaraan kami malam itu.

***

 Kami memang biasa bertemu di sini, sebuah taman bacaan yang ada cafenya disebuah jalan yang masih rindang oleh pepohonankota ini.  tempatnya yang masih asri, teh es ukuran jumbo dan dan koleksi bukunya yang banyak dan selalu up to date membuat tempat ini masih menjadi pilihan para muda-mudi kota ini  untuk menghabiskan sore mereka .

“Sorry telat” aku mengacak rambut panjangnya, duduk di hadapannya dan mencaplok roti bakar di meja. Dia menatapku sebentar “its okay” ujarnya kemudian, seakan akan kami baru bertemu kemaren, padahal ini kali pertama kami bertemu kembali setelah hampir satu bulan aku kembali ke kota ini. Di tengah kesibukannya kuliah, mengajar, les menggambar, produksi film, ngeband, dan seabrek kegiatan  lainnnya kami memang susah untuk bertemu. Sebenarnya minggu kemaren kami sudah sepakat untuk bertemu di pemutaran film ‘planet’, sebutanku untuk film yang Cuma cewe ini dan sebangsanyalah yang mengerti, jenis film yang nama sutradara dan pemainnya saja kadang aku susah untuk melafazkannya,tapi berhubung aku juga kedatangan teman dari planetku juga, maka kami tidak bisa bertemu.  Mungkin benar kata sebuah buku, dia dari Venus, aku dari Mars.

Aku menatap cewe di depanku ini, masih tidak ada yang berubah setelah 6 bulan ini. dia masih saja dengan kaos polos hitam, jeans belel dan sneakers bututnya yang entah kenapa selalu kelihatan keren. Rambut panjang ikalnya masih dibiarkan tergerai seperti dulu, dan bagian favoritku : kacamata yang biasanya Cuma dipakai ketika sedang membaca, seperti saat ini.

“Kamu udah baca ini ?” ujarnya bertanya

“Hannibal rising”  ujarnya membalik novel yang tengah dibacanya menterjemahkan kediamanku “ ini cerita sebelum Hannibal menjadi orang yang kita kenal” jelasnya pendek. Dia berhenti sejenak ,”Kalau novel yang satunya kamu udah baca kan?”

Aku menggeleng “ Cuma nonton filmnya. Seruan mana ama filmnya?”

“Buat aku Hollywood belum pernah berhasil bikin film dari buku -kali ini dia ga pake istilah kemaren- Dia membetulkan letak kacamatany “kecuali lord of the ring mungkin” ujarnya sebelum menghirup es teh di depannya, menghentikan bukunya dan menyelipkan pembatas buku.

Aku menarik buku tersebut, membilak baliknya “hati-hati” peringatan pendek ini membuat aku kaget, aku menatapnya heran “sorry, itu koleksi aku, bukan milik tempat ini ” aku meletakkan buku itu kembali dan kemudian tersenyum  “ kamu bisa baca tanda peringatan di belakang kamu itu?”

“Yang mana ?” dia kelihatan bingung kemudian memutar badannya

“ harusnya peringatan itu berbunyi:  dilarang membawa makanan minuman dan juga buku dari luar

Dia Cuma menaikkan bahu “maaf, kurang lucu ” ucapnya sambil menarik buku itu dari tanganku.

**

“Kamu masih hutang cerita ama aku kenapa kamu resign” ujarnya pendek sambil menatapku, kali ini kita sudah pindah ke lantai dua taman bacaan tersebut, di ruangan yang lebih sepi dan cozy, beberapa meja pendek memang disediakan agar pembaca bisa lesehan diruangan ini, tapi lebih banyak menggunakannnya sebagai ruangan untuk tidur-tiduran. Persis seperti yang aku lakukan.

Dia mungkin orang yang kesekian yang menanyakan soal ini, tapi beda dengan yang lainnya. Kalau yang lain aku mungkin bisa langsung berpromosi “Baca di blog aja deh, aku udah certain semua disana” tapi cewe didepanku bukan jenis demikian. Pertama, dia ga akan pernah puas sebelum bisa mendebat dan mengalahkanku, kedua,  Dia ga pernah mau baca blog yang ga jelas juntrungannya ini, dan buat aku sih fair-fair aja.

Aku belum menjawab pertanyannya, aku malah memutar-mutar garpu di tangan. Dia kemudian tertawa dan mengacak-ngacak rambutku “Udahlah, ga usah senewen kaya gitu, kalo alasannya memalukan dan kamu belum kuat buat cerita, ya ga usah di paksain”

Aku tersennyum dan membalas mengacak rambutnya

“Ngarang banget” balasku pendek

“Ngarang apaan? Muka kamu langsung berubah pas aku tanya tentang kerjaan” jelasnya, kemudian mengangkat handponenya.dia member kode yang aku terjemahkan sebagai “bentar ya“

Aku diam dan memilih melampiaskannya pada potongan roti yang masih tersisa di hadapanku.

“Ga usah di jemput, aku lagi ama temen” itu yang aku tangkap dari perbincangan mahluk manis ini dengan seseorang yang aku sudah tau pasti siapa.

“Pangeran ya?” ujarku menyebut istilah yang kami gunakan untuk menyebut kekasih hati cewe didepanku ini.

Dia mengangguk “Belakangan lagi rajin banget jemput aku , mungkin takut calon istrinya ini diculik kalo pulang larut malam”

Calon istri? Kalau seandainya ini shitnetron, pasti sudah terdengar suara cymbal yang memekakkan telinga dan wajah aku pasti sudah berada dalam posisi zoom. Bukan lebay, tapi ini kali pertama aku mendengar kata kata demikian keluar dari mulutnya. Bukan, ini bukan karena aku takut kehilangan dia, tapi aku Cuma sama sekali ga menyangka dia bisa seserius ini juga dalam sebuah hubungan, padahal biasanya mahluk  didepanku ini adalah mahluk yg amat skeptis. jangankan tentang hubungan dua insan, kami malah sering berdiskusi hebat tentang tuhan!!

“Istri?” aku meyakinkan diri.

Dia tertawa

“Ya, kenapa?” ujarnya menatapku

“Ga, aku ga nyangka aja “ 

Dia tertawa lagi “Becanda, pangeran belakangan memang udah sering ngomongin hal ini, tapi aku masih belum  mikir kesana, masih banyak mimpi yang harus aku kerjain” dia menjawab sambil menerawang.

Aku cuma manggut-mangut, ternyata aku terlalu cepat menyimpulkan

 “Hidup sendiri aja masih banyak masalah, masa mau nambah masalah lagi ?”

 “Masalah? Masalahnya dimana?” aku mencoba mengujinya “Aku juga belum kepikiram buat merid dalam waktu dekat, tapi aku ga memandang merid sebagai masalah?”

“Ga masalah gimana? Kamu pikir hidup satu rumah dengan dua pikiran yang berbeda itu ga masalah?”

Aku membalasnya dengan mengangkat bahu dan tersenyum. detik berikutnya kami sama-sama diam, tak lama aku pun menghela nafas “teman aku pernah bilang, sekuat apapun kita, seidealis appaun kita, suatu saat kita akan kembali masuk ke system, bukan karena kita, tapi karena dorongan eksternal” aku mentapnya “menurut kamu gimana?”  

Dia meletakkan kambeli hanibal rising ditangannya “ emang Socrates pada akhirnya masuk kesisitem, aku pikir ga”

Kali ini aku diam, aku tau aku bakal kalah kalau berpanjang-panjang .yang paling penting sekarang Socrates itu siapa?

**

Apakah kau melihat langit mentari senja

Mengajak untuk menrima keadaan saat ini dan terus maju

Dan bila kehilangan sesuatu

Pastilah suatu saat mimpi itu akan tercapai

“Musti JKT48 ?”

Ujarnya smabil menutup telinga ketika aku berjalan sambil bernyanyi  menembus sore setelah sebelumnya di tempat tadi  puas berdiskusi-tentang  buku, film dan komik, yang pada akjhirnya Cuma menunjukkan kalau aku sangat inferior ketika berada didekatnya. statementnya kalo Aoyama Gosho sudah tidak setajam dulu karena dia berhasil menebak pelaku di beberapa kasus belakangan sukses membuatku meletakkan detektif conan yang sedang aku baca. Tapi itu belum seberapa dibandingkan pertanyaanya tentang nama – nama sutradara dan film planet yang aku sama sekali ga tau

“Hargai orang nyanyi napa ?” tanyaku sambil menjitak kepalanya

“Aku punya hak buat ga denger yang aku ga mau, Negara bebas bung”

Aku tertawa, sementara dia menyumpah menyebutkan beberapa penyanyi yang jangankan tau, ejaannnya saja aku mungkin salah, salah satu yang aku tangkap cuma …Sinatra, dan aku pun ga tau dia punya lagu apa. untunglah, didepan adalah warung minum tujuan kami, aku selamat.

“Eh, kamu udah nonton kundun nya Scorsese ?”  dia bertanya lagi sebelum kami memilih bangku. Aku menggeleng untuk kesekian kali.

**

Dia sibuk menghirup teh hijaunya sambil tetap mengamati layar. Pengunjung tempat minum yang kebetulan lagi sepi membuat kami bisa semena-mena,  kali ini kami memutuskan nonton serial tv yang baru saja aku unduh tadi malam,kebetulan  ini  baru episode pilotnya.

“Yang jadi pastur tadi Clint Eastwood ya?” tak berapa lama dia memulai komentarnya

Aku menikmati  coklat dingin depanku.

“Tapi ga mungkin banget dia maen Cuma buat tempelan kaya gini”

Aku mengangguk-angguk

“tapi mirip lo!”

Lagi, aku membiarkan dia bercerita, mengomentari segala sesuatunya, dari goa yang keliatan studio banget, acting yang terlalu kaku, dan sebagainya. Berisik, tapi aku suka

“Dia itu bangun setelah 250 tahun lo?”

“Masa gitu doank ?”

Aku kembali menghirup coklat, mengaduk ngaduknya lagi, membiarkan cream lumer ke dalamnya, aku membiarkannya mengomentarI dan membandingkannya dengan cerita original sleepy hollow yang mungkin Cuma diketahui segelintir orang itu.  Aku Cuma senyum-senyum sambil akhirnya dia menekan tombol stop dilayar 

“Kenapa? Tanyaku kemudian

“Hollywood banget” jawabnya

Aku tertawa, aku mencoba tak tertantang untuk mendebatnya, tapi tetap saja akhirnya di beberapa detik kedepan kami sudah kembali beradu argument. Sampai akhirnya di satu titik. Kami sama sama diam.dan lagi,  tiba-tiba saja, aku teringat sesuatu.

“Kamu udah baca parasit lajangnya Ayu Utami”

“Udah”

“Ama shaman seruan mana?” tanyaku sambil menyebut judul lain dari pengarang yang sama

“Beda sih, ini lebih bikin kita merenung “

“Merenung buat ?”

“Yaa, si cewenya kan katanya ga mau nikah, tapi akhirnya, dia nikah juga kan? Ya, parasit lajang bikin kita merenung, kalo orang itu pada satu titik bakal berubah, ga mungkin gitu-gitu aja terus-terusan ” Bahasnya lancar

Aku tersenyum “Ow, sama halnya dengan seseorang yang mungkin sebentar lagi jadi istri pangeran”

Dia diam, menerawang, kemudian menjawab “ mungkin..”

Aku tau, kali ini aku menang.