Sebuah wawancara fiktif ( bukan fiksi ) mendalam : Bagaimana Nasib Jomblo? – Bagaimana Nasib? Jomblo

Seandainya kaum jomblo di Indonesia ingin mendirikan negara sendiri, maka saya rasa kita tidak perlu menunjuk siapa calon presiden jomblo, karena sudah pasti satu nama akan muncul dan langsung menjadi pemenang :  RADITYA DIKA

Kenapa Radit, kenapa bukan..?

Karena menurut saya, lewat jari dan mulut beliau lah ( kata ) jomblo di Negara  mengalami kepopuleran menembus batas, dan disaat yang sama menjadi  joke paling  overused legendaris seperti saat ini.

dan Sabtu kemaren, 5 May 2018,  Bapak presiden  Jomblo Indonesia akhirnya menikah!

Trus, salah?

Jelas tidak, karena jomblo bukan dosa, apalagi menikah, keduanya tidak berada di kutub yang berlawanan.

Bisa tolong diperjelas?

Maksud saya begini : ketika seandainya ada ustad yang heboh soal haram dan neraka, tapi ternyata ketahuan main perempuan?

itu namanya : bertentangan

Tetapi ketika jomblo akhirnya berkesempatan punya banyak pacar, atau menikah bukankah itu namanya….  pencapaian?

Selamat Bang Radit! SAMARA!

**

Sayangnya, tidak semua yang ditampilkan adalah kebenaran HQQ.

Saya percaya (mudah-mudahan ada yang setuju) bahwa jomblo cuma persona seorang Raditya Dika :  materinya yang paling laku. Saking lakunya, hampir tidak ada saingannya di negara ini, kecuali menjual agama, mungkin.

Sotoy kamu anak muda!

Begini, ini murni pendapat pribadi :  saya tidak terlalu percaya kalau penulis best seller ini benar-benar memiliki definisi dan sifat kejombloan seperti kebanyakan jomblo darah murni di luar sana. Kalaupun ada darah jomblonya, menurut hemat saya,  sifatnya itu  temporary : semacam peralihan ketika putus dari satu wanita ke wanita lainnya dalam tempo yang relatif singkat. atau dari putus ke balikan lagi  dengan yang tidak begitu lama. Saya penganut teori konspirasi kalau selalu ada wanita disamping salah satu pelopor stand up comedy di Indonesia ini.

Screenshot_2018-05-07-04-25-57

MANTAN (RADIT) FAVORIT SAYA – gambar dicapture dari IG yang bersangkutan

 

Di salah satu wawancara, sebelum melangsungkan pernikahannya, Radit kurang lebih berkata  kalau dia ingin pernikahannya ini menjadi motivasi buat jomblo-jomblo di luar sana…

Trus, apa salahnya?

Ga ada yang salah, tapi begini kawan-kawan :

saya yakin dan percaya  keajaiban itu ada, tapi yang terjadi kasus Radit menurut saya bukanlah suatu keajaiban, bukan sesuatu yang patut diherankan. atau terlebih lagi menjadi sebuah motivasi : kalau jomblo seperti Radit saja bisa menikah, terus kenapa anda tidak?

Ayolah, it’s THE Raditya Dika we’re talking about!

Udah?

Terlepas dari itu semua, seperti judul tulisan ini, lebih jauh saya cuma mengkhawatirkan bagaimana nasib komoditi jomblo kedepannya?

Apakah Radit akan masih bermain-main dengan persona jomblonya, dan masih menjadi semacam suara kaum yang sudah terpinggirkan tiap malam minggu ini? atau sebaliknya mungkin Radit akan lebih keras menyerang para jomblo dengan status barunya ini?

Screenshot_2018-05-06-04-24-34

Harapan penulis sendiri?

Saya pribadi sih mengharapkan semua becandaan jomblo, dan atributnya, seperti mantan, patah ahti, move on,  dan lain-lain, akan segera menghilang, khususnya dari bit dan materi  Radit.

Kenapa?

Pertama : ini akan menjadi kesempatan bagi beliau untuk menunjukkan kemampuannya di genre yang lain ( yang saya percaya bisa tetap pecah,  he’s a genius comedian, indeed), kedua : agar menjadi contoh juga bagi para pengikut Radit : pencela jomblo dan atau jomblo pencela, agar menggantinya dengan lawakan yang lebih fresh. Leave the single joke, alone !!  ketiga :  karena seandainya ini masih dijadikan materi oleh Radit, tentunya, magis nya akan berkurang, it’s not make-believe anymore, kira-kira seperti lagu Terlalu Lama Sendiri nya  Mas Kunto yang terasa ilang magnetnya setelah si pelantun tidak lagi sendiri.

Lalu, bagaimana dengan  nasib penulis sendiri?.Ada apa sampai rela menulis topik ini dan seakan membela hak para jomblo? Mau berniat menjadi maju sebagai calon presiden jomblo dengan sok menunggangi kepentingan para jomblo?

Ah, saya sih sebenarnya tidak ingin ya, tapi kalau masyarakat menghendaki, maka…

Tunggu, emang  penulis jomblo? kalau gak jomblo gak usah ikut-ikutan lah!

Begini, pada akhirnya yang manapun itu, tidak semua yang ditampilkan itu kebenaran bukan? masalah jomblo atau tidak itu cuma soal keberpihakan, survey juga soal siapa yang bayar. Yang penting, saya bisa memakai persona yang pas didepan mereka yang mendukung saya. Lagian saya sudah siapkan yel-yel untuk kampanye pemenangan saya:

WAHAI PARA JOMBLO, MARI KITA LUPAKEN SOAL KEMENANGAN. YANG PENTING, MARI KITA BERGERAK UNTUK MEREBUT KENANGAN!

Sekian, terimakasih.

**

sudah terlalu lama sendiri

sudah terlalu asik dengan duniaku sendiri…

 

 

 

Matahari yang ternyata tidak terlalu panas

Kalau di seri sebelumnya : BULAN, ada  perlombaan ala hunger games + binatang raksasa dalam rangka mencari bunga matahari pertama mekar, maka setelahnya, giliran saya bertarung dengan ketidaksabaran menunggu terbitnya MATAHARI Tere Liye ini, apalagi setelah kemudian muncul bocoran cover terbaru yang lebih panas  dan makin menjanjikan, dan syukurlah, beberapa hari setelah ada di toko buku, saya pun bisa membaca novel ini..

.. dengan meminjam di tempat peminjaman buku langganan saya.

sinopsis-novel-matahari-karya-tere-liye

cover cantik nyulik dari google, konon Bulan dan Bumi akan di cetak ulang dengan cover sejenis ini

Seperti seri sebelumnya, bumi yang bersetting di klan bulan, bulan yang mengambil setting di klan matahari, maka matahari ini mengambil setting di klan yang konon punya teknologi paling tinggi di antara 4 klan : klan bintang,  yang ternyata bersembunyi di dalam perut bumi.

kali ini, petualangan trio kebalikan trio Harry Potter ini tidak lagi memakai teleport buku kehidupan nya raib, tapi memakai ILY, kapsul bikinan Ali : masuk perut bumi, melawan ular raksasa dan kelelawar,  bertemu dengan tetua klan bintang, menikmati segala teknologi disana, dan akhirnya, menjadi buronan dan akhirnya, mempersiapkan diri untuk sebuah perang besar di seri berikutnya: BINTANG, yang kemungkinan akan mengambil setting di permukaan bumi dengan musuh bersama yang ‘mendadak’ ternyata ingin menguasai dunia…

 **

Ali, si jenius  dari klan bumi, mendapat porsi yang lebih besar di novel  ini, terutama di bagian pembuka, kita akan diantar dengan Ali mendadak menjadi idola sekolah dengan menjadi pemain andalan tim basket, kemudian kita juga diajak ke rumah tuan muda Ali yang ternyata super duper gede bahkan ada sungai buatan di depannya, serta juga ada basement sendiri untuk bengkel eksperimen Ali , yang tentunya akan membuat kita tidak heran kenapa cowok ini bisa membuat kapsul penjelajah yang mengabungkan teknologi klan bulan dan matahari. Bukan, bukan karena dia kaya dan genius, karena  kalau sekedar kaya dan genius, Ali mungkin cuma jadi Batman. Ali lebih dari itu, diceritakan cowok ini punya akses ke perpustakaan terbesar klan bulan dan mempelajarinya dalam tempo yang sesingkat singkatnya, sesingkat saya membaca buku ini.

oke.

Sebenarnya bukan cuma Ali, dua tokoh kita lain, Raib dan Seli juga punya kekuatan baru di novel ini, Seli sudah mampu mengeluarkan petir biru, upgrade dari petir biasa, Selain itu, Seli punya kekuatan kinetis besar yang mempu membuat putting beliung whatever, terus juga bbisa mengalirkan panas pada benda, dan sebagainya, sementara Raib juga punya kekuatan penyembuh dan kekuatan menghilang level baru karena dia adalah ……. SPOILER,  yang  yang membuat misi mereka menjadi jauh lebih mudah, tapi tetap saja, upgrade skill Raib dan Seli tidak semenarik dan semengagumkan kejeniusan Ali :  sampai-sampai bukan kita saja, para pembaca, tapi juga para tokoh dalam cerita, selalu  terkagum-kagum dengan Ali.

“Kamu mungkin pemalas, tapi kamu genius”

“Aku bisa mengenali orang genius”

“Ali adalah pemikir strategi terbaik di tim kami..”

dan pujian sejenis yang selalu di lontarkan para tokoh…

okay, we got it. he is so fucking genius

bahkan di sinopsis sudah diceritakan, bahwa : jika orangtuanya mengizinkan, dia seharusnya sudah duduk di tingkat akhir program doktor fisika di universitas ternama..

don’t get me wrong, saya pribadi sebenarnya suka tipikal karakter seperti ini : natural born genius, tapi penceritaan Ali, buat saya pribadi, berada di luar kepercayaan saya, semuanya terkesan terlalu gampang buat dia. Begitu juga dengan teknologi klan bintang yang diceritakan di novel matahari ini : bubur yang bisa berubah rasa menjadi makanan apa saja yang kita pikir, dan baju yang mampu merubah menjadi pakaian jenis apa saja….

saya tau klan bintang ini pemilik teknologi paling tinggi, dan sekali lagi, Ali itu super genius

tapi tetap saja menurut saya ini sudah. too much..

meminjam statement  Raib di halaman 256:

“jika kehidupan menjadi sangat mudah dengan pengetahuan, lantas dimana seni nya?”

buat saya, matahari tidak lebih baik dari bumi dan bulan, selain kemudahan-kemudahan yang di dapatkan oleh para karakter, entah kenapa, saya merasa lebih banyak ruang kosong dalam penceritaan, mirip seperti ruangan lorong didalam perut bumi yang mereka jelajahi, namun, untunglah di ujung lorong bernama matahari ini, ada seberkas cahaya harapan dari Bintang yang sepertinya akan menyajikan lebih banyak aksi (yang mudah mudahan lebih baik dari aksi laga di novel ini), sebagai penutup  dari tetralogi ini..

Semoga

Charger

 Dalam kisah kita masing-masing, mungkin kita adalah pahlawan utamanya. namun dalam  skenario yang lebih besar, kita harus menerima, beberapa orang memang cuma terlahir sebagai sidekick, atau malah cuma bernasib menjadi korban reruntuhan belaka.

-Yudhistira-

Maha berlari secepat dia bisa, walau dia tau hal itu sia-sia, karena pengejarnya malam itu tidak menjejakkan kakinya di bumi, mereka terbang. Ya, ini bukan pertama kali Maha melihat mahluk yang mampu melawan gravitasi seperti ini, tapi kali ini maha sangat ketakutan, karena dia tu, mereka hadir bukan untuk minta tolong seperti teman-temannya, mereka hadir untuk menangkap Maha..

Anak lelaki kelas 2 SMA ini, beberapa kali menekan  tombol di  jam tangannya, berharap salah satu dari mereka muncul membantunya malam itu, namun sepertinya, selain kedua pengawal tampan dengan baju kerajaan seperti di film kolosal tersebut, dia benar-benar sendirian…

**

Menghilangnya batu sakti  yang merupakan sumber energy ‘mereka’ yang konon dicuri oleh manusia,  selain menyebabkan munculnya manusia-manusia berkekuatan super dan sakti walau dengan segala keterbatasannya, juga membuat  batas antara dunia ‘mereka’ dan dunia kita menjadi bias dan hampir menghilang. Mereka yang dahulunya cuma terlihat sekali seminggu di pasar-pasar tradisional desa, mengantarkan sayur mayur atau buah buahan dari ladang mereka yang sepertinya selalu menghasilkan sayur dan buah terbaik, atau sesekali di acara keramaian desa desa, dimana mereka hadir dan bergabung dengan penduduk desa, sekedar makan dan minum, tanpa mengganggu. Atau sesudah hari raya korban untuk ‘meminta jatah’ kepala kambing dan sapi, belakangan hadir dan terlalu sering menampakkan diri mereka, bahkan sampai beberapa penduduk kota kota besar, melaporkan pengalaman mereka bertemu dengan pria tinggi tampan dan gadis cantik dengan wajah putih bercahaya ini…

Namun sebenarnya, tidak banyak yang tahu , kalau jauh sebelum itu, sudah ada diantara mereka yang berada di  dunia kita.

**

Walau sudah sering terdengar desas desus dan bisik bisik tetangga tentang asal muasal Mustika, mungkin cuma Maha yang tahu persis kalau sahabatnya ini memang bukan berasal dari negeri kita, karena Mama Mustika entah karena alasan apa sudah menitipkan Maha untuk menjaga Mustika seemenjak kedatangan Maha ke rumah mustika pertama kali dulu, menurut mama Mustika,  di umur 17 nanti, Mustika akan di jemput oleh keluarga ayahnya. Keluarga mereka.

Dilihat sekilas, tidak ada yang berbeda dari Mustika, kecuali memang kecantikannya yang luar biasa walau tanpa satupun bulu hadir ditubuhnya.  Namun dasarnya  manusia, selalu tidak bisa menerima apa yang berbeda dengan mayoritas mereka. Beberapa teman sekolah yang tau dengan ‘perbedaan’ Tika  , membuat Tika selalu menjadi bahan ejekan.  Tika Sakit, cuma itu yang bisa diberikan penjelasan oleh Mama Mustika. Dan memang cuma Deares Mahayana, yang bersedia berteman dan selalu berada di samping Tika,  mungkin satu orang lagi, Hari Maulana, ketua OSIS mereka di SMA sekarang sekaligus pangeran tampan sahabat Maha, yang entah bagaimana tertarik dengan Tika yang semenjak SMA mulai memutuskan memakai hijab. Dan sepertinya, perasaan itu juga tidak bertepuk sebelah tangan..

**

Maha sendiri, sebenarnya juga bukan remaja biasa, dia memiliki kekuatan yang belum bisa dijelaskan dari mana mana asal muasalnya. Lewat sentuhannya, Rama mampu mengisi kembali tenaga barang-barang elektronik yang berada disekitarnya, Namun  dari komik-komik Amerika milik pamannya yang dia konsumsi semenjak kecil, dia tau, bahwa dia bertanggung jawab untuk sesuatu yang lebih besar dari sekedar mengisi batre handphone atau laptopnya.

Rama tau masa ini akan datang, ketika Peluru, manusia super hasil eksperimen pemerintah, kehabisan energy, maha yang kebetulan sedang berada disana pun membuat batrai kostum peluru kembali  bekerja maksimal, sehingga superhero yang mengandalkan kecepatan super ini pun bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik. Atau ketika Sangsaka, mantan polisi tahan peluru yang sekarang memakai topeng dan jubah merah putih, kehabisan energi yang akan membuatnya dalam bahaya, Maha kembali bisa membuatnya segar dan memberinya kekuatan ekstra, walau cuma sementara. Semenjak saat itulah, Maha mendapat nama baru: Charger, walau itu cuma beredar di kalangan para pahlawan super, khususnya anggota PKS, Persatuan Ksatria Super, yang selain beranggotakan peluru atau Petra Loransius, dan Sangsaka alias Lambang Mahardika, yang sudah disebutkan diatas, juga beranggotakan Lumba dengan nama asli Putra Samudra, milyarder yang tanpa kostum super miliknyapun mampu bernafas dengan bebas di dalam air , kemudian Srikandi alias Dewi Arjunawati, ahli panahan cantik yang dibekali sebuah panah super canggih hasil buatan perusahaan Samudra.  Kemudian Ki Dukun yang dengan dibantu kekuatan Maha yang juga bisa mencharger ulang chakra ki dukun yang terbatas, membuat Buto ijo jelmaan ki dukun bisa bertahan lebih lama dari biasanya.

**

Beberapa bulan yang lalu..

Ketakutan mama Mustika pun datang, malam itu di acara ulang tahun mustika yang ke 17 yang cuma di rayakan bersama  Maha dan  Hari, genderang perang mereka benar-benar datang, pria pria tampan dna wanita cantik dengan kostum kerajaan datang mengepung mereka, Sesuai rencana, Maha sudah meminta pertolongan PKS lewat jam yang diberikan Lumba. Tapi sayang, mahluk-mahluk ini terlalu cepat dan kuat, mereka berhasil membawa Mustika serta Hari yang tanpa rasa takut menggenggam tangan Mustika sangat erat, seperti sudah tau kalau ini akan terjadi. Keduanya menghilang, tepat sesaat sebelum Lumba dan yang lain menunjukkan diri mereka.

**

Maha terbangun .

dan ternyata dia sudah berada di depan singgasana yang diduki oleh Mustika.

“Tika..” Maha mencoba mengumpulkan energy dan kesadarannya.

“Kamu baik-baik saja?” Kali ini Maha mencoba berdiri.

“Kami sudah berusaha mencarimu…” Lanjut Maha. Tertarih.

Kali ini Maha mencoba mendekati Sahabatnya itu, tapi lelaki bertopeng yang berada di samping singgasana, segera menghantamnya dan membuatnya kembali berada di posisi semula.  Dadanya serasa terbakar.

“Seperti yang kau lihat Maha, mereka sudah mempersiapkan semua hal baik untukku disini, aku lebih dari sekedar baik, aku..luar biasa” Jawab Mustika dengan Ekspresi yang belum pernah dilihat Maha sebelumnya.

Namun, sepertinya Maha sudah bisa membaca situasi. Komik dan film-film kartun itu jelas tidak membuatnya lebih bodoh seperti yang dipikirkan banyak orang.

“Jadi, untuk apa kau membawaku kesini?”

“kau tahu, tak lama lagi akan terjadi perperangan antara duniaku dan duniamu, kamu kubawa kesini, agar ksatria-ksatria dengan kekuatan terbatas dari duniamu itu  tidak punya kekuatan tambahan untuk mengalahkan pasukanku”

Maha masih merasakan sakit didadanya, “Tapi.. bagaimana mungkin kau bisa melupakan dunia yang..”

Mustika berdiri, dan dengan heels di sepatunya, Gadis itu menekan dada Maha “ Dunia yang menghina dan menganggap aku berbeda. Maha,  mungkin sudah saatnya aku membalas mereka, dengan cara yang lebih kejam”

Maha memilih untuk tidak menjawab, walau tidak percaya, dia mengerti. Bukankah itu lebih baik daripada sekedar percaya tapi tidak mengerti?

“Maha, aku tau selama ini kau sudah sangat baik kepadaku, karena itu aku menawarkanmu kehidupan disini , disisiku.  Kau akan menjadi sumber kekuatan baru untuk dunia ini”

Maha meludah. Darah, “Bagaimana kalau aku menolak?”

Mustika tersenyum, melepaskan kakinya dari dada Maha, dan kembali ke singgasananya.

“Masih ada beberapa pemilik sumber energy lain di duniamu, dan aku akan menemukan mereka secepatnya,  dan kau Maha,  akan menyesali pilihanmu!”

Mustika kemudian menjentikkan jarinya.

Detik berikutnya, Sebuah wajah Lain yang tak kalah akrab, muncul di hadapan Maha

“Hari ..Mau..”  rintih Maha.

Hanya dengan tangan kirinya saja, Hari mengangkat tubuh Maha.Tinggi

“Tidak ada lagi Hari Maulana, Maha. Sekarang, aku adalah Cindaku, pasukan sang ratu Mustika”

Perlahan tubuh Hari sebelah kanan dipenuhi loreng-loreng, dan sebuah cakar raksasa siap bersarang  ke dada Maha..

Walau mugkin sudah sadar kalau semuanya sia-sia, Di detik yang mungkin akan jadi detik terakhir hidupnya, Maha masih mencoba menekan jam tangannya. Tidak bisa disalahkan, PKS juga sedang sangat sibuk dengan tugas mereka masing-masing : Sangsaka sedang menghadapi  organisasi ekstrimis religius yang mengancam akan meledakkan istana kepresidenan, sementara Peluru sedang memburu organisasi kiri yang diduga akan meresahkan pemerintah, Buto ijo dalam beberapa waktu kedepan, belum bisa meninggalkan pertapannya, karena akan membuat desa di kaki gunung merasakan amukan si gunung yang sedang marah,  Srikandi sedang sibuk shoting film terbarunya, sementara pemimpin PKS sendiri : Lumba sedang berada di luar negeri sebagai pembicara utama di sebuah eksibisi tekhnologi termutakhir yang diciptakan perusahaannya.

Nasib. Charger yang biasanya membantu para pahlawan, sepertinya belum ditakdirkan mendapat hal yang sama ketika dia benar-benar membutuhkannya..

Salah siapa? jelas tidak ada. kadang, memang begitulah cara dunia bekerja.

Jadi, apakah semuanya cuma akan berakhir disini?

Dua. Satu

Selamat .

Dua hari lalu Indonesia punya presiden baru. Yah, mungkin ini pertama kalinya saya benar-benar peduli negara ini punya presiden atau tidak,  mungkin terdengar berlebihan, tapi begitulah kenyataannya. Buktinya ini juga pertama kali saya heboh mendukung salah satu calon, bukan cuma karena ikut kutan, tapi karena saya memang dari dulu sudah mengikuti sosok presiden terbaru kita ini. Maka ketika dia maju, saya melihat ada harapan baru, dan akhirnya membawa saya pada keikutsertaan perdana saya pada politik negeri ini

10489985_10203507479560943_628299079857272995_n

saya ikut pemilu…

Setelah ikut, saya juga ikut merasakan ketakutan kalau beliau tidak terpilih, saya ikut geram atas lawan politik beliau yang masih mencari cara untuk menjegal beliau, no offense buat para fans bapak yang satu-nya.

Saya ikut salut atas para relawan, mereka yang dulu apatis sekarang ikut karena kemunculan satu tokoh ini.

Sekali lagi, menurut saya, ini pertama kalinya sebagian besar rakyat merasa pemimpin ini adalah bagian dari mereka, atau paling tidak.. ada harapan untuk itu..

dan terakhir ……

Tanpa mengurangi rasa hormat dan melupakan jasa sepuluh tahun sebelumnya…

Selamat, buat nomor dua yang sekarang menjadi RI-1.semoga Amanah!!

dua kemenangan menjadi satu, kemenangan beliau si nomor dua, dan kemenangan rakyat, yang akhirnya berpadu menjadi satu :  kemenangan Indonesia…

tapi ingat lah pak, seperti Dua sisi pada satu koin : euphoria ini akan sangat mudah membuat bapak menjadi antagonis, ketika bapak salah langkah….

Spiderman, di dua filmnya, walau dengan kalimat berbeda selalu mengingatkan satu nasehat keren Pak : with great power, comes great responsibilities.

SERUAK : BUKAN REVIEW

Image

KKN- kuliah kerja nyata,  atau apapun varian penyebutannya, pada dasarnya adalah sebuah masa dimana para mahasiswa di kirim ke daerah daerah yang katanya tertingsal, untuk hidup bersama dengan masyarakat dan katanya  mencoba merealisasaikan ilmu yang mereka dapatkan di bangku kuliah untuk membantu masyarakat disana.

tapi benarkah demikian?

entahlah, tapi dari yang saya alami sendiri, sepertinya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi tidak membuat mahasiswa bisa ‘bekerja’ banyak di  lokasi,tidak seperti generasi bapak ibu kita dulu dimana mahasiswa masuk desa adalah sesuatu yang wow. Ditambah lagi,  kenyataannya sekarang, tidak begitu banyak desa yang benar-benar ‘tertinggal’. sebaliknya, kalaupun ada yang benar-benar tertinggal ,giliran si kelompok mahasiswa juga mengalami kesusahan untuk menerapkan apa yang mereka dapatkan di kampus untuk di terapkan disesa, bisa jadi karena materi yang tidak cocok, atau kealfaan si mahasiswa sendiri yang tidak tau harus ngapain. Mungkin karena hal ini jugalah, tidak semua universitas,dan tidak semua jurusan memakai KKn sebagai sayarat kelulusan, biasanya diganti dengan program magang yang  mungkin lebih memberi manfaat untuk praktek keilmuan si mahasiswa .

tapi apakah KKN memang sudah  setidak bermanfaat itu?

kalau cuma menjadi panitia acara 17 an, mungkin manfaatnya tidak begitu terasa, tapi kalau kita melihat dari pengalaman yang diperoleh tentu para mahasiswa mengangap KKN adalah fase yang indah. (walau tidak ada yang mau mengulangi fase ini)  kenapa? tempat yang baru adalah jawaban yang menduduki  peringkat pertama, apalagi buat kawan-kawan yang belum terjamah keindahan desa, biasa hidup dikelilingi gedung dan udara beracun, ini adalah momen yang bisa langsung berfungsi sebagai liburan.  Bagi mereka yang biasanya dimanja dan hidup enak dan berkecukupan, KKn adalah proses belajar untuk beradaptasi dengan kehidupa biasa yang apa adanya . KKn juga menawarkan proses untuk menahan ego dan emosi , menjadi pemimpin, setia kawan, belajar mengambil keputusan, last but not least, teman-teman baru yang tak kalah indah, yang bisa menimbulkan ikatan dan luapan perasaan indah yang baru….

dan apakah SERUAK, novel yang bersetting KKN di sebuah desa fiktif Angsawengi mempunyai elemen elemen classic KKN  diatas?

lengkap, dan bahkan novel ini memberikan  lebih…

SERUAK menjanjikan sebuah terror ketakutan semenjak malam pertama para mahasiswa sampai di desa ini: pertunjukan wayang dan sinden yang mistis, terror seorang nenek kurus yang membawa golok ditengah hutan, dilanjutkan hari hari yang penuh penampakan anjing anjing raksasa dan seorang anak kecil botak, Kehadiran pria bertopeng misterius dan selubung misteri yang melingkupi desa pada akhirnya membuat  mereka:  ketua kelompok yg ambisius, pasangan kekasih yg mendekati sempurna, bintang film ingin mengasingkan diri, presenter cantik yang supel, cowo lucu yang jadi idola, cewe jagoan yang sexy tapi misterius, koki gendut kaya, gadis gadis manja yang menjadi musuh bersama, dan cewe pencinta antariksa dengan masa lalu tak bahagia,   harus mengamban misi yang lebih dari sekedar menjalankan peran dan program mereka : BERTAHAN HIDUP !!

SERUAK, novel yang membuat saya hampir saja terkunci di lantai dua taman bacaan, karena tenggelam dalam deskripsi yang diberikan si pengarang, tanpa sadar saya berpindah dari taman bacaan ke desa angsa wengi dan melihat masing mang karakter hidup dan berinteraksi,  SERUAK juga, yang akhirnya di detik detik terakhir taman bacaan ketika akan tutup, membuat saya  memutuskan untuk menjadi anggota taman bacaan ini demi  membawa buku ini pulang, padahal sebelumnya tidak pernah kepikiran :D. SERUAK, 430 halaman yang membuat rasa penasaran semakin besar,  walau di tengah-tengah clue yang diberikan membuat semuanya jelas, siapa yang harus dipercaya dan tidak, walau ada sedikit kerut kening ketika ternyata seorang peserta tidak mengenal nama lengkap peserta lainnya, tapi tetap saja,SERUAK  membuat saya harus bertahan dan membalik halaman demi halaman.  11 karakter yang muncul punya porsi yang cukup adil . each  dog has its day, masing karakter mendapat halaman masing masing untuk kita kenali, kita diajak menyelami dimensi psikologis masing masing karakter, terutama penggalian masala 4 karakter utama pataut saya acungi jempol.  Twist demi twist yang muncul pun  buat saya pribadi dapat diterima karena memang di tanam, dan disirami  dari awal untuk di panen di akhir.  dan hasilnya, manis, bahkan pemilihan nama karakter yang sempat saya keluhkan di awal berhasil membuat saya tertawa di bagian akhir, sekali lagi.manis ..

SERUAK, novel yang membuat saya sempat berpikir ulang, masih yakin mau jadi penulis? :D,  ketika tau ternyata penulisnya masih satu tahun dibawah saya, dan sudah menelurkan 5 buku, dan ini adalah buku pertama yang saya baca., yang artinya SERUAK membuat saya berjanji akan membaca buku lainnya dari Vinca Caliista ini. Buat saya peribadi, dan buat ukuran Indonesia, serta ukuran Vinca yang masih 24 tahun, seruak adalah pencapaian yang luar biasa.

TERLAMBATNYA KAPAL VAN DER WIJCK

PENGANTAR

Awal kata , penulis  bukanlah orang yang  mengerti bagaimana aturan sebuah tinjauan filem, penulis juga belum lah  mengerti istilah-istilah perfileman dengan baik dan benar, juga penulis bukanlah seorang pemuda yang tau detail budaya Minangkabau dan seluk beluk tahun 1930 an, hal –hal tersebut diaatslah itulah yang membuat penulis risau untuk membuat tinjauan mendalam tentang suatu pertunjukan filem ini, tapi karena permintaan dan janji kepada beberapa orang kawan, maka penulis tetap mencoba menuliskannya disini, mungkin bukan dalam bentuk tinjauan, melainkan dalam bentuk ceritera asal muasal bagaimana penulis sebelum , saat dan setelah menonton pertunjukan  film ini. Mudah-mudahan ada juga hendaknya diantara tuan dan nona yang suka membacanya, karena bercermin pada nasehat mendiang buya HAMKA :

“Seorang pengarang buku, walau pun bagaimana putus asa hidupnya, jika suatu saat dilihatnya orang sedang membaca bukunya dengan asyik, dia lupa akan kepayahan dan keputus-asaanya”  (TKVDW 98)

**

1

Hayati, nama ini adalah awal mula hikayat ini, tidak tuan- penulis tidak lah bohong.  Nama nona itu memanglah hayati. Kala itu,  penulis berjanji dengannya untuk bertemu disebuah pusat perbelanjaan di kota kembang ini, harusnya angkutan yang penulis tumpangi berhenti tepat dimana nona ini menanti, tapi kita penumpang  cuma bisa berencana, tuan supir juga yang menentukan, yang harusnya lurus  berbeloklah dia,sehingga  penulis harus berpanas-panas berjalan sekian ratus meter menuju tempat nona itu menanti. dan di suatu kelok penulis terhenti, mata penulis menangkap sebuah  gambar  filem yang  tinggi menjulang

TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK

“ Tidak adakah keseriusan orang dalam membuatnya? “ pikir penulis kemudian, dalam ukuran kecil mungkin bisa terlewatkan sahaja. tapi  ketika sudah menjadi begitu besar, menjadi lawan bagi mata penulis : gambar para penumpang kapal yang selayaknya memunculkan air  mata penulis ketika melihatnya, malah membuat penulis tertawa. belum lagi sepasang muda mudi yang menjadi lakon utama dari film ini, penulis tak berhenti nya menggeleng, buat penulis, sudah jelas,tak lain tak bukan, mereka cuma dijual karena kemahsyuran mereka di film mereka yang dahulu.

Penulis meneruskan perjalanan penulis sampai bertemu dengan nona hayati, dan sudahlah tentu pertemuan penulis dengan gambar besar film tadi menjadi bahan utama pembicaraan kami

“ Kecewa, masa gambarnya seperti itu, tidak ada minang-minangnya” komentar Hayati yang memang asli berdarah  minang, sama seperti penulis.

“Sudah jelas akan  senasib dengan ‘Dibawah Lindungan Kabah’” tambah penulis merujuk kepada film sebelumnya yang diangkat dari pengarang yang sama dan dipertunjukkan oleh orang yang kurang lebih sama.  Maka,  begitulah kisah pertemuan penulis dengan Hayati,  dimana penulis pertama kali  berserobok pandang dengan gambar besar dari kisah yang akan kita ceritakan nantinya.

2

Entah sudah berapa  terang dan berapa gelap yang  penulis lewati setelah hari itu, saat seorang teman di sebuah kelompok media sosial menunjukkan cuplikan awal  dari pertunjukan film berjudul TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK  ini. Banyak dugaan muncul  akan cuplikan itu, ada yang berkata cukup serupa dengan Great Gatsby, sebuah roman dari belahan bumi sana, ada juga  yang berprasangka film ini mencoba mengulang Titanic, kaapal  termashur di zamannya. Demikianlah,  kami semua cuma mengira-ngira karena dari beberapa orang yang muncul dan menyampaikan pendapat belum ada yang pernah membaca novelnya. Sampai ketika seorang dari kami yang pernah membaca pun, juga tak bisa memberikan pendapat apa-apa, karena dia membacanya sudah lama, entah di usia berapa, semasa masih muda-muda.

Begitu pun dengan nona Hayati yang penulis ceritakan sebelumnya, dia memang sudah pernah membaca, tapi itu sudah sangat lama, dan  ketika suatu senja yang entah keberapa dari cerita pertama kami bertemu kembali dia bertanya

“Apakah engku akan menontonnya?” sebenarnya tidak ada engku engkuan disana , tapi sengaja penulis  ganti bair sedikit bergaya.

Penulis memberikan jawaban serupa dengan jawaban yang penulis tuliskan di grup waktu itu

“Saya  mungkin akan menontonnya,  tapi  nanti, setelah mengkhatamkan novelnya terlebih dahulu..”

“Kenapa gerangan?” penulis tidak yakin gerangan adalah kata yang tepat disini, tapi biarlah dulu seperti itu

Penulis kembali menjawab baik untuk hayati dan juga untuk grup muda-mudi dimana penulis bernaung :

“Belumlah sempurna caci saya akan karya filem  ini, sebelum saya  membandingkan dengan novelnya”  terang penulis  kepada keduanya. sesungguhnya bahasanya tidaklah demikian, namun penulis percaya  tuan dan nona sudah mengetahuinya.

3

Namanya Edo, teman penulis yang bekerja di ibukota, suatu hari di bulan Desember, dia berencana kan pulang ke kota ini dan mengajak penulis dan beberapa teman untuk menonton film ini bersama-sama, sekaligus bersenang-senang, menikmati kesuksessannya sebagai orang gajian. Maka, bertanyalah ia lewat sebuah pesan pendek di telepon genggam penulis yang pintarnya tidaklah jauh berbeda dengan pemiliknya ini :

“Saya  ikut, tapi saya  mau baca dulu bukunya” penulis  kembali berkata demikian

“Baiklah,  sementara itu, selamat mencari bukunya” demikian bunyi balasan pesan dari beliau

“Terimakasih, sementara itu, selamat mencari wang sebanyak-banyaknya” balas penulis

“Tak  perlu kau risau akan hal itu kawan” balasnya tak mau kalah seperti hari biasanya.

Tapi  apa mau dikata, seperti kata rang tua bahwa kita manusia cuma bisa berencana, sampai ketika Edo menginjakkan kakinya di kota ini, penulis  belum juga berhasil dan berkesempatan membaca novel gubahan buya HAMKA  ini, maka ingkarlah  penulis ketika janji itu musti ditunaikan pada satu malam , dan membiarkan mereka sahaja yang bersenang-senang

“Selamat bersenang-senang, saya menunggu ulasan kawan sahaja” balas penulis malam itu.

“Mengapa kawan tidak mau ikut, tidak tertarikkah ?” kata kawan kamar penulis yang sudah menonton pertunjukan film ini terlebih dahulu bersama calon istrinya.

“Tidak, saya cuma belum baca novelnya” terang penulis

dan berangkatlah Edo dan beberapa teman malam itu, sementara pertunjukan buat penulis musti diundurkan. Namun, ketika beberapa hari setelah itu kami bersua kembali, mereka tak bercerita apa-apa, namun dari canda mereka yang menggunakan dialog, logat dan lagak dari pertunjukan film tersebut, penulis nilai, pertunjukan itu sudah mencuri hati pemuda-pemuda ini.

**

4

“Bagaimana, sudah jadikah membaca novelnya ?”

Hayati  mengiirim pesan pendek kepada penulis  di malam yang entak keberapa setelah kawan-kawan penulis  menonton film itu

“Belum “ jawab penulis pendek

“Minta alamat surat elektronik engku,aku kirim kesana”  kata nona hayati tanpa engku itu di kisah sebenarnya.

Maka demikianlah riwayatnya bagaimana penulis menemukan dan bisa membaca salah satu mahakarya buya HAMKA ini. Namun,  penulis tidak langsung  membuka surat elektronik dari Hayati malam itu juga, Ditengah kesibukan penulis yang tidak punya pekerjaan ini, penulis baru bisa membukanya tadi malam, itupun sudah melewati pukul 12, maka singkat cerita, paginya berhasillah penulis mengkhatamkan karya itu,dan jujur penulis katakan : penulis terpesona,dari awal sampai kepada ujungnya.  Cuma satu yang penulis  sayangkan, bahwa semenjak  cuplikan dan  gambar promosi pertunujukan ini ada dimana-mana,  imajinasi penulis tertuju pada sosok sosok di pertunjukan tersebut, tapi apa mau dikata, paling tidak penulis sudah berusaha membaca dan membangun sendiri imajinasi,w alau lebih banyak gagal dibanding berhasilnya.

Selain kepada Hayati yang memang sudah sewajibnya penulis berterimakasih, penulis juga berkisah tentang  hal ini kepada Agi, kawan penulis yang bersekolah di Jogja,  yang sudah lebih dahulu membaca karya ini, tapi seperti yang dia tulis disaat kami berbalas balasan pesan : “Agi menunggu.. menunggu unduhan” begitualh yang dia tulis, sepertinya memang belum ikhlas si Agi ini  untuk  menerima bagaimana salah satu novel yang disukainya ini akan diceritakan oleh para pembuat film., “ Dan Agi menanti ulasan akan film yang berhasil membuat beberapa kawan menangis ini” tambahnya kemudian  “ Saya akan mencoba menilai dengan adil” balas penulis kemudian

“ Jadi kapan akan ke pertunjukan?”

“Sore ini, kalau tak ada halangan, kalau hujan reda, kalau angin tenang,” kira-kira demikian balasan penulis, walau lebih banyak penulis tambah-tambahkan keindahan di kalimatnya.

**

5

 Tahun sudah berganti semenjak pertama kali penulis melihat gambar besar dari pertunjukkan filem ini. Dikepala penulis  hari ini tentunya sudah demikian berkurang orang-orang yang akan menontonnya, dalam hitungan penulis, pertunjukaan semegah ini tentulah sudah tidak akan dilewatkan orang di awal-awal, maka penulis yang datang entah berapa minggu belakangan ini tentu bisa menonton  agak tenang, bahkan kalau perlu dalam ruangan pertunjukan gelap itu, cuma ada penulis seorang, tapi ternyata malang tidak dapat diraih, mujur tidak dapat ditolak :  bangku yang ada buat penulis cuma satu didepan layar  dan satu  di atas sana, terletak di paling ujung di jejeran bangku teratas : bangku yang sama yang akan penulis pilih jikalau penulis seorang diri di kesempatan lain. malang atau mujur,silahkan tuan dan nyonya tentukan sendiri.

Disebelah penulis berjejer muda mudi yang mungkin dalam  satu kumpulan,  didepan penulis adalah mereka para  gadis usia belia yang penulis percaya  baru mengenal cinta, sementara di mana-mana ada pasangan yang penulis  yakin bahagia, walau mungkin tak sebahagia ketika lampu ruangan ini tak lagi menyala.

Pertunjukan pun dimulai, dan penulis langsung terganggu dengan warna huruf yang tidak padu dnegan warna air di layar,  seperti tidak ada saja pilihan warna lain, atau seperti harus pula warna itu yang mereka pakai sebagai perkenalan para pemain dan pembuat film ini, tapi sudahlah, penulis mencoba bersabar.

Narasi dimulai, adegan berjalan, dimulai langsung dari keinginan  Zainuddin untuk melihat tanah asal orangtuanya tanpa harus bersusah susah menjelaskan kenapa  ayah Zainudin  sampai berakhir di Mengkasar. Penulis mencoba untuk paham karena tanpa cerita tikam menikam itu pun, penonton pun tetap akan menikmati kisah cinta ini.

Gambar di alayr sudah berganti: Zainudin sampai di ranah minang dan dengan cara yang seingat penulis tak ada di novel,Zainudin pun menemukan tempat menumpang. gambar-gambar rancak dan sumarak  pun hadir silih berganti mengisi layar, warna-warna syahdu memanjakan tiap mata  yang melihat, dan mulailah cinta Zainudin dan  bungo Batipuah  bernama Hayati ini diceritakan. Awalnya penulis tidak menerima kenapa adegan pertemuan keduanya di dangau seperti yang penulis baca tidak ada, padahal penulis menunggu adegan yang menurut penulis akan indah tersebut : dangau dan sawah ,air yang mengalir,  serta pengakuan cinta buat pertama kali bagi keduanya, sayang  sekali tidak penulis  lihat disini. Penulis menunggu dan menunggu, sampai ketika  gambar di layar dengan cepat bercerita bahwa mereka musti berpisah, penulis baru sadari : pembuat film lebih memilih untuk memberi jiwa pada adegan ini. Jujur penulis berkata, pilihan ini sudah benar adanya.dan….

 walau rambut berganti selendang

yang penting maksud tidaklah hilang

Selanjutnya, ada sedikit rasa bangga yang menyeruak ketika  nama Padang Panjang, kota dimana penulis dibesarkan  muncul di layar, namun bangga segera berhanti  heran, karena  penulis sama sekali tidak tau apakah memang begitu pakaian orang-orang kaya Padang Panjang dizaman itu?  mata penulis terasa agak janggal saja,entahlah, agak sedikit terlalu ‘bermusuh’ dengan budaya Batipuh yang padahal tidak seberapa jauh. Demikian juga ketika mereka semua sudah pindah ke tanah jawa, music dan dansa yang di hadirkan agak sedikit mengganngu bagi penulis, mungkin seandainya beberapa lagu kawan-kawan bang Muluk di gantikan oleh gesekan biola  Zaynuddin, film ini penulis rasa akan lebih menyayat hati dan jiwa penontonnnya. Ya, buat tuan dan nona yang bertanya,selain merokok,  di novelnya Zainuddin juga di ceritakan piawai bermain biola.

Kembali  ke gambar gambar indah yang  timbul dan tengggelam, muncul dan menghilang di layar : penulis bisa menikmati hampir semuanya,  komedi yang di naskah asli bisa dikatakan hampir tidak ada, berhasil diletakkan oleh  pembuat film dengan seksama, bagi penulis sendiri , usaha-usaha itu tidaklah  terlalu lucu, tapi harus diakui, keberadannya  juga sama sekali tidak menganggu. namun kadang, tawa penonton disekitar yang agak berlebihan dna tidak pada tempatnyalah  yang membuat penulis sedikit menggerutu .  Begitu juga dengan dialog dan kutipan yang penulis harapkan bisa muncul di pertunjukkan ini ,pun hampir semuanya dimunculkan oleh si pembuat film. Mengenai ekting para pelakonnya, Reza Rahardian tidak usahlah kita terlalu tajamkan pembahasannya, peran seperti ini sudah makanannya, penulis sendiri kagum dengan permainan encik Pevita,  ketika orang diluar sana beranggapan dia tidak pantas, menurut penulis justru cukup berhasil membawakan perannya, apalagi jika dibandingkan dengan sang pemeran utama, yang terganjal di tiap ucapnya, yang malah mengundang tawa hampir dalam setiap kata. Padahal  selain bang Muluk yang memang di set untuk mencairkan suasana , dimana dia berhasil  melaksanakan tugasnya,  sejatinya  di film ini tidak ada lagi tawa, cuma duka dan air mata. Kalau penulis berkesmpatan memilih, mungkin penulis lebih memilih mempercayakan Sabhir sang penyair  ini kepada karib si Zainudin di  film realita cinta dan rock n roll: Engku Vino yang penulis percaya akan lebih berhasil membawakan malang tak berkesudahan dari si Z ini.

tak ada gading yang tak retak

Buat penulis sendiri,agak disayangkan di bagian akhir setelah kematian hayati, musti sedikit berbeda dengan novelnya. Bagi penulis pribadi, seandainya  penulis adalah si pihak pembuat film,sudah tentu penulis lebih memiliih akhir yang sama:  yaitu bersebelahanlah hendaknya  keduanya di rumah peristirahatan terkahir mereka,dengan alasan yang sama dengan sebelumnya, biar makin terasa duka dan lara di kisah ini hendaknya. Tapi tentunya juga, si pembuat film punya alasan sendiri kenapa memilih penutup yang serupa demikian, tentu ada yang ingin disampaikan, ada banyak pertimbangan, meminjam sebuah kutipan yang penulis pikir akan dilewatkan si pembuat film, namun ternyata tetap dihadirkan:

“Tak baik mencela, tiap –tiap negeri berdiri dengan adatnya, apapun bangsa dan negerinya “ (TKVDW 71)

sebuah dialog kecil yang hendaknya menjadi pembelajaran buat kita semua. sebuah pesan dan sindiran sederhana yang buat penulis pribadi  mungkin bisa berlaku dimana saja dan kapan saja.

Dan percayalah, walau terdengar demikian, itu bukanlah sebuah iklan atau kebohongan demi sebuah kepentingan,bukan pula sebuah reklame untuak menang sebuah pemilihan,  itu sebuah pesan jujur dari penulis, seperti halnya pesan yang penulis kirimkan kepada Hayati yang tadi mengawali kisah ini : “filmnya..cantik”

PENUTUP

Ternyata menulis dengan cara seperti ini cukup melelahkan juga, cukuplah sekali ini penulis bertutur seperti ini, entah apa pula yang membuat penulis merasa harus menulis seperti ini, dipaksa tidak, disuruh pun entah, bergaya banyak, berhasil pun ..ah, sudahlah.  Tapi mudah-mudahan para pembaca tetap bisa menangkap apa yang ingin penulis sampaikan lewat tulisan ini, kalau seandainya tidak sampai tidak apa-apa, jangankan tulisan, cinta pun kadang tak sampai…

Akhir kata, penulis kalah, penulis mengaku gagal untuk mencaci film ini seperti rencana semula, kedepannnya mungkin penulis akan lebih berhati-hati sebelum berniat mencaci sebuah film, karena seperti yang sudah penulis singgung di bab sebelumnya, penulis menganggap pemuat film cukup berhasil memberikan usaha terbaik buat film ini. Namanya hidup, sebanyak yang suka, tentu sebanyak itu pula yang tidak, yang penting penulis berdoa mudah-mudahan filmnya tak cuma berhasil menyampaikan cinta yang tidak sampai, tapi sampai membawa pesan dari tulisan tangan terakhir Zainuddin :

“..dan tercapai kemuliaan bangsaku, persatuan tanah airku, hilang perasaan perbedaan dan kebencian, dan tercapai keadilan dan bahagia” (TKVDW.140)

TAMAT