Sudahkah saya mempersiapkan kebahagiaan sebelum 40-an?

Konon, usia 40 dianggap usia kematangan seorang pria. Kenapa, karena seharusnya di umur tersebut seorang pria sudah benar-benar mantap dalam tindakan maupun pikiran. Tidak ada lagi pencarian, 40 adalah waktu menikmati keputusan-keputusan dan jalan yang sudah dipilih sebelum memasuki fase tersebut.

Tapi, apakah 40  merupakan jaminan kebahagiaan?

Buat sebagian besar orang, Mungkin. Pasalnya diumur segitu, seharusnya, anak-anak sudah tumbuh menjadi remaja, Kalau  lelaki sudah bisa diajak mancing , teman bongkar motor, nonton bola, atau main playstation edisi sekian. Sementara sebagai ayah dari seorang anak perempuan, ini sudah memasuki tahapan karma : fase dimana melindungi anak perempuan dari serangan remaja lelaki yang sedang berada dalam masa puber.

Sayangnya tidak semua orang bisa begitu, dan tidak semua orang memilih jalan hidup demikian.

Saya,saat ini sudah berada di usia 30, yang tentunya sudah sangat dekat dengan usia 40  ( percayalah, sepuluh tahun itu sebentar), Harusnya ini adalah detik-detik akhir saya berpikir dan menjawab pertanyaan : apakah mimpi-mimpi  saya akan terwujud sebelum 40? apakah saya memang akan menjadi penulis naskah di salah satu film atau serial televisi? atau mungkin, apakah fiksi saya akan best seller ? atau saya akan terjun bebas menjadi pemilik warung kopi dan indomie dengan rak buku kecil sebagai menu tambahannya?

Bagaimanapun perbedaan jalan, apapun mimpi dipilih, tentunya akan ada semacam keinginan, langsung tidak langsung, untuk bahagia sebelum menginjak usia 40. Kalau kita kembali pada definisi bahagia diatas tadi : misalnya nanti saya bekeluarga ataupun paling tidak mengadopsi anak atau mungkin memelihara Naga, apa yang harus saya lakukan agar tetap tenang ketika diri sendiri atau anggota keluarga sakit atau mendapat musibah? atau  tidak terlalu berlarut dalam kesedihan ketika sudah ada yang harus pergi duluan. tetap kuat untuk meninggalkan dan ditinggalkan?

Atau kalau merujuk ke mimpi mimpi bahagia versi saya :  Setelah semuanya terwujud,    ( Amin! ) apa yang harus saya lakukan untuk menjaga agar kebahagiaan itu tetap ada ?

Jujur,  saya belum terlalu memikirkannya.

Jalan bahagia yang saya pikirkan sekarang, sejatinya sungguh sederhana: bagaimana mendapatkan sebuah  laptop baru untuk menunjang mimpi saya sebagai penulis, karena laptop yang sekarang sudah cukup lama menemani saya dan sudah sepantasnya beristirahat.Selain itu, saya juga butuh sebuah kamera professional, untuk meningkatkan kualitas foto saya yang sedang gandrung-gandrungnya memotret jalanan dan ruang publik dan selama ini masih mengandalkan kamera ponsel.

Dan kebetulan, keduanya, adalah hadiah dari kompetisi menulis yang diadakan oleh Commonwealth life yang secara tidak langsung membuat asuransi muncul di kepala saya ( untuk informasi lebih lanjut silahkan berkunjung kesini ), sekaligus  memunculkan pertanyaan dan kemungkinan lain, misalnya :  seberapa besar manfaat asuransi untuk masa depan saya? apakah asuransi jiwa adalah bentuk investasi terbaik? apa saja unit link yang cocok untuk nantinya melindungi saya, keluarga, atau mungkin rumah saya yang berwujud kontainer raksasa suatu hari nanti ?

Sekali lagi, belum hari ini memang, tapi waktu akan terus berjalan,dan kita tidak akan pernah tahu perubahan yang menanti di masa depan. Suatu hari nanti, di ketika yang tidak terlalu lama dari hari ini, mungkin saya akan berpikir : jalan dan pilihan-pilihan apa saja yang saya punya agar  bahagia menjelang  40-an?

Mungkin, asuransi bisa menjadi salah satu jawaban.