Jadi, Berapa Bintang untuk Bintang?

Pengulangan.

Itu.

Membosankan.

Pengulangan,

Itu.

Membosankan.

Pengulangan..

Itu…

***

“Ali, keluarkan kamera melayangmu”

“Raib, Ali, Seli, Siapa berjaga disana?”

“Kalian mau makan?”

ini,bukan (hanya) soal kalimat-kalimat yang muncul entah berapa puluh kali tersebut. ini lebih ke petualangan mereka di klan bintang  yang menurut saya cendrung seperti loop, bolak balik itu ke itu saja, walau si pengarang sudah berusaha menghadirkan tempat-tempat ‘indah’ seperti padang musim berganti  ( ini  nama karangan saya sendiri)  atau padang sampah yang lebih keren dari yang saya sebut pertama kali. ( dan yes,  saya ingin bekerja disana, menggantikan Zaad kalau boleh )

Selanjutnya, pengulangan lorong dan binatang raksasa yang mungkin masih bisa dimaafkan, karena memang kali ini mereka kembali ke lokasi petualangan mereka di seri sebelumnya (reviewnya bisa dibaca disini)

lebih jauh, ini soal pengulangan yang lebih besar. Tentang bagaimana petualangan trio Ali, Seli dan Raib ini lagi lagi  (masih)terasa kosong . Petualangan mereka menjadi sekedar ‘petualangan’, tanpa nyawa. sekedar petualangan tanpa memberi perkembangan besar pada orang orang yang terlibat di dalamnya, tanpa melibatkan emosi.seperti juga yang terjadi di seri seri  sebelumnya.

gawai baru itu bukan emosi, kemampuan baru pun bukan

Air mata? bolehlah, tapi sayangnya ini bukan soal air mata saja, emosi yang hadir dalam petualangan mencari pasak bumi ini, jauh dari kata cukup.

Raib tak berubah banyak, apalagi Seli

dan Ali..

satu satunya perwakilan klan bumi ini lagi -lagi menjadi karakter yang sama : SANG JURU SELAMAT…

YANG SANGAT MEMBOSANKAN

tampan dan rupawan, tajit, Jenius, anak basket, bisa berubah jadi beruang

dan sekarang menjadi PEMEGANG SARUNG TANGAN KLAN BUMI,

(spoiler? tidak, kalian tau ini akan terjadi)

Tanpa Ali petualangan tim ini akan jauh lebih susah, bagaimana tidak, dia hampir menjadi solusi dari setiap permasalahn dan kesulitan, dia membuat semuanya terlihat amat mudah, tapi sebaliknya, mungkin kalau tidak ada Ali, petualangan tim ini menjadi jauh lebih menarik…

BINTANG menjadi bukti kalau kejeniusan tak terbatas dan kesempurnaan itu terkadang MEMBOSANKAN, mungkin sama membosankannya dengan ILY 3.0 super lengkap,  baju yang bisa berubah model dan sesukanya dan mencuci sendiri, juga soal makanan yang berubah rasa sesuai apa yang kita bayangkan yang hadir kembali di buku ini.

oke, memang menuju ending penulis memang berhasil menunjukkan kalau Ali tidak sempurna, tapi menurut saya..

BASI, MADINGNYA UDAH SIAP TERBIT!

TELAT BUNG!

sama telatnya untuk memperkenalkan sebuah kenyataan baru, kalau dunia paralel bukan cuma terdiri dari empat klan yang sudah menjadi novel laris ini, catatan : bukan cuma di klan kita : bumi, tapi juga laris di klan bintang, dengan memakai karakter dan judul sama.

begitulah,  meta-joke yang ini sama sekali tidak lucu

Namun ada yang lebih tidak lucu lagi,

YAITU ANEKDOT ANEKDOT  LEMBAH KEMATIAN !

statement kalau hal ini sudah jadi meme di dunia sama sekali tidak menolong, malah memperburuk keadaaan. Tapi paling tidak, ini membuka sebuah fakta kalau sekretaris kota zaramaras adalah

THE ONE AND ONLY …..CHUCK NORRIS

tapi pada akhirnya, saya harus katakan, kalau pilihan ending kali ini sangat luar biasa, buat saya ini ending terbaik yang pernah ada dari tetralogi yang pernah tercipta.

Mungkin, karena ini bukan akhir, ini awal baru untuk beberapa judul lagi, karena entah kenapa, saya tidak percaya kalau rangkaian kisah ini akan berakhir di KOMET.

btw, untuk penutup, saya juga punya anekdot receh seperti yang ada di lembah kematian:

Sekretaris dewan kota menemukan  salah satu buku petualangan Ali Seli dan Raib yang diterbitkan di klan bintang, dan cuma melihat bagian belakang bukunya, dia sudah tersenyum dan menebak ending novel tersebut.

 

Matahari yang ternyata tidak terlalu panas

Kalau di seri sebelumnya : BULAN, ada  perlombaan ala hunger games + binatang raksasa dalam rangka mencari bunga matahari pertama mekar, maka setelahnya, giliran saya bertarung dengan ketidaksabaran menunggu terbitnya MATAHARI Tere Liye ini, apalagi setelah kemudian muncul bocoran cover terbaru yang lebih panas  dan makin menjanjikan, dan syukurlah, beberapa hari setelah ada di toko buku, saya pun bisa membaca novel ini..

.. dengan meminjam di tempat peminjaman buku langganan saya.

sinopsis-novel-matahari-karya-tere-liye

cover cantik nyulik dari google, konon Bulan dan Bumi akan di cetak ulang dengan cover sejenis ini

Seperti seri sebelumnya, bumi yang bersetting di klan bulan, bulan yang mengambil setting di klan matahari, maka matahari ini mengambil setting di klan yang konon punya teknologi paling tinggi di antara 4 klan : klan bintang,  yang ternyata bersembunyi di dalam perut bumi.

kali ini, petualangan trio kebalikan trio Harry Potter ini tidak lagi memakai teleport buku kehidupan nya raib, tapi memakai ILY, kapsul bikinan Ali : masuk perut bumi, melawan ular raksasa dan kelelawar,  bertemu dengan tetua klan bintang, menikmati segala teknologi disana, dan akhirnya, menjadi buronan dan akhirnya, mempersiapkan diri untuk sebuah perang besar di seri berikutnya: BINTANG, yang kemungkinan akan mengambil setting di permukaan bumi dengan musuh bersama yang ‘mendadak’ ternyata ingin menguasai dunia…

 **

Ali, si jenius  dari klan bumi, mendapat porsi yang lebih besar di novel  ini, terutama di bagian pembuka, kita akan diantar dengan Ali mendadak menjadi idola sekolah dengan menjadi pemain andalan tim basket, kemudian kita juga diajak ke rumah tuan muda Ali yang ternyata super duper gede bahkan ada sungai buatan di depannya, serta juga ada basement sendiri untuk bengkel eksperimen Ali , yang tentunya akan membuat kita tidak heran kenapa cowok ini bisa membuat kapsul penjelajah yang mengabungkan teknologi klan bulan dan matahari. Bukan, bukan karena dia kaya dan genius, karena  kalau sekedar kaya dan genius, Ali mungkin cuma jadi Batman. Ali lebih dari itu, diceritakan cowok ini punya akses ke perpustakaan terbesar klan bulan dan mempelajarinya dalam tempo yang sesingkat singkatnya, sesingkat saya membaca buku ini.

oke.

Sebenarnya bukan cuma Ali, dua tokoh kita lain, Raib dan Seli juga punya kekuatan baru di novel ini, Seli sudah mampu mengeluarkan petir biru, upgrade dari petir biasa, Selain itu, Seli punya kekuatan kinetis besar yang mempu membuat putting beliung whatever, terus juga bbisa mengalirkan panas pada benda, dan sebagainya, sementara Raib juga punya kekuatan penyembuh dan kekuatan menghilang level baru karena dia adalah ……. SPOILER,  yang  yang membuat misi mereka menjadi jauh lebih mudah, tapi tetap saja, upgrade skill Raib dan Seli tidak semenarik dan semengagumkan kejeniusan Ali :  sampai-sampai bukan kita saja, para pembaca, tapi juga para tokoh dalam cerita, selalu  terkagum-kagum dengan Ali.

“Kamu mungkin pemalas, tapi kamu genius”

“Aku bisa mengenali orang genius”

“Ali adalah pemikir strategi terbaik di tim kami..”

dan pujian sejenis yang selalu di lontarkan para tokoh…

okay, we got it. he is so fucking genius

bahkan di sinopsis sudah diceritakan, bahwa : jika orangtuanya mengizinkan, dia seharusnya sudah duduk di tingkat akhir program doktor fisika di universitas ternama..

don’t get me wrong, saya pribadi sebenarnya suka tipikal karakter seperti ini : natural born genius, tapi penceritaan Ali, buat saya pribadi, berada di luar kepercayaan saya, semuanya terkesan terlalu gampang buat dia. Begitu juga dengan teknologi klan bintang yang diceritakan di novel matahari ini : bubur yang bisa berubah rasa menjadi makanan apa saja yang kita pikir, dan baju yang mampu merubah menjadi pakaian jenis apa saja….

saya tau klan bintang ini pemilik teknologi paling tinggi, dan sekali lagi, Ali itu super genius

tapi tetap saja menurut saya ini sudah. too much..

meminjam statement  Raib di halaman 256:

“jika kehidupan menjadi sangat mudah dengan pengetahuan, lantas dimana seni nya?”

buat saya, matahari tidak lebih baik dari bumi dan bulan, selain kemudahan-kemudahan yang di dapatkan oleh para karakter, entah kenapa, saya merasa lebih banyak ruang kosong dalam penceritaan, mirip seperti ruangan lorong didalam perut bumi yang mereka jelajahi, namun, untunglah di ujung lorong bernama matahari ini, ada seberkas cahaya harapan dari Bintang yang sepertinya akan menyajikan lebih banyak aksi (yang mudah mudahan lebih baik dari aksi laga di novel ini), sebagai penutup  dari tetralogi ini..

Semoga

Membaca Bulan

Tak lama lagi umat Islam akan memasuki bulan ramadhan, maka agar tidak terjadi lagi perselisihan umat, maka saya memutuskan untuk ikut serta dalam budaya..membaca bulan..

BOHONG

Lagian kegiatan itu pun tidak pas dinamakan membaca bulan, saya sekedar menghubung hubungkan saja. memaksa maksakan.

TUlisan Ini cuma sebuah cecurhatan setelah membaca buku Fantasi Tere Liye terbaru  berjudul BULAN, lanjutan dari BUMI yang pernah saya bahas disini

Jadi, percaya atau tidak, ternyata perbedaan bumi dan bulan adalah kurang lebih satu tahun, atau seperti diceritakan di novel :  bulan mengambil setting 6 bulan setelah peristiwa terakhir, dimana dengan sangat ajaib  Ali berubah menjadi beruang raksasa,  dan si kurus tanpa mahkota, kembali   terperangkap di penjara bayangan.

nyari di google

nyari di google. Kamera ponsel berpixel rendah dan kurangnya cahaya membuat saya harus menunggu waktu yang tepat, mungkin besok saya ganti dengan versi asli.Makasih udah mau baca caption sepanjang ini.

Jangan salah, walau novel ini berjudul BULAN, kali ini petualangan Raib, Ali dan Seli, dan seorang tokoh baru, Ily, bersetting di dunia klan matahari : dunia berteknologi paling tinggi, ( karena klan bintang masih belum ada kabar), dunia dimana orang orangnya berpakaian warna warni,  sehingga pakaian hitam hitam, yang sekarang sudah menjadi trade mark raib dan rekanannya  menjadi pakaian yang amat mencolok.

Diceritakan,  Trio ini, ditambah Ily,lulusan akademi klan bulan, kemudian  Av si penjaga perpustakaan dan Selena, guru sexy matematika garis miring petarung klan bulan, datang ke klan matahari, untuk menghimpun kekuatan melawan Tamus yang diduga akan lolos dari penjara setelah 3 angka sama dan bangkit kembali dengan cara yang tidak diketahui. Namun, perundingan tak berjalan lancar dan semudah itu anak muda, karena ternyata disana 4 anak muda ini, harus menjadi peserta kesepuluh festival mencari bunga matahari yang pertama kali mekar.

Yap, nama festival nya memang demikian,saya tidak bohong, atau, paling tidak, seingat saya demikian..

Festival ini merupakan tradisi tahunan yang di anggap berbahaya karena tidak ada yang tahu dimana bunga pertama akan matahari mekar, kecuali mungkinJKT48, jadi para kontingan dari 9 faksi  + kontingen tokoh utama kita, akan menyelusuri hampir seluruh wilayah klan matahari dan menemukan petunjuk demi petunjuk untuk mencapai tempat dimana bunga pertama mekar. matahari . di hari yang ke sepuluh

Keren ?

Masih belum, karena 4 anak muda terpilih masing masing faksi akan menjelajah wilayah klan matahari  dengan tunggangan hewan raksasa masing masing faksi, ada yang naik salamander raksasa, kambing raksasa, kelinci raksasa. Dan karena tokoh utama kita keren, senjata keren dan baju mereka keren,maka mereka akan naik..harimau putih.. keren kan? Keren apalagi dibandingkan dengan cerpelai dan kelinci.

GAME ON!

 Di 80 persen novel, kita akan melihat bagaimana petualangan 4 orang ini di alam liar klan matahari, a la-a la Hunger Games. Akankah mereka berhasil menjadi yang pertama menemukan di mana bunga …..pertama …mekar akan..bunga ..matahari..

pokoknya begitulah Silahkan baca sendiri…

Dari segi petualangan, saya lebih menyukai yang pertama , tense nya lebih berasa. Sementara  dibuku ini walau petualangannya panjang,terasa agak monoton serasa naik kapal  ke mekah milik pengarang yg sama di sini Beberapa hambatan dari alam yang mereka lalui terasa tidak terlalu signifikan, dan mungkin terlalu mudah, pasalnya sama sekali tidak membekas di kepala saya. Mungkin harusnya  beberapa team yang digambarkan di awal dengan megah harusnya bisa saling bertemu dan mengalami sedikit kles.

Apalagi, entah kenapa, team tokoh utama ini terasa sangat di untungkan, semua yg dikunjungi, semua petunjuk, tebak-tebakan a la Lord Of The Ring, bantuan penduduk setempat, sepatu peselancar dan kekuatan baru raib membuat team ini..

.. meminjam istilah nenek muda, pemilik sah buku ini sebelum saya : bermain aman…

Yang agak berkesan di buku ini, adalah pertarungan di beberapa halaman terkahir, yang lagi- lagi, its not a major spoiler, menghadirkan versi beruang dari AlI..

yang memunculkan pertanyaan :

Kalau memang beruang ini muncul sebagai bentuk perlindungan klan bumi kala ada bahaya, Ali harusnya sudah beberapa kali memunculkan beruangnya,kenapa Cuma di ending? Kan kasian, beruangnya, sudah dua buku Cuma kebagian di ending, lagian kalo dibikin film, CGI nya kan sayang banget.saya sebagai sutradara akan sangat keberatan.

Okay, mungkin segitu dulu, karena kalau terlalu banyak, saya akan menjadi mahluk yang persis sama  seperti yang diakatakanTere Liye  Ali di halaman 296 :

“sepertinya cuma aku yang memperhatikan detail dari petualangan ini, kalian sama seperti pembaca novel yang kadang tidak memperhatikan detail, lalu kemudian protes kenapa begini kenapa begitu …”

Hal menarik terakhir :  saya gagal menebak siapa yang mati. Awalnya saya sudah menebak dengan benar, tapi kemudian menjelang akhir, saya di sesatkan dengan kenyataan bahwa B sekarat, ah, ternyata si B toh yang mati, dan saya senyum, kemudian di beberapa halaman berikutnya, ketika si C tersambar petir, wah,bukan, si C!!

 ternyata saya salah, dan ternyata tebakan saya sudah benar

Sekian dulu..

Maaf kalau yang diatas agak spoiler, look at the bright side :  kawan kawan yang belum bava sudah siap untuk sedih, dan paling tidak saya tidak memberi tahu kawan-kawan siapa yang mati, karena…

I Love You

all…

Nb : kemungkinan ada typo di halaman 297, harusnya itu buku kehidupan, bukan buku kematian. Kecil tapi agak berbahya.Karena rasanya sudah cukup seorang saja yang punya buku kematian, tidak usah dua.Ya, Kira di Death Note sudah  lebih dari cukup.

RINDU : La Tahzan  Dengan Setumpuk Kisah

Rindu. Saya mendapatkan novel ini dari pinjaman seorang junior yang tiba-tiba menawarkan saya dengan kalimat :

“Abang pasti belum baca Rindu-nya Tere Liye”

karena  kebetulan junior tersebut  memang mau mengirimkan buku karyanya, saya langsung saja meminta untuk memasukkan buku itu kedalam paket, tanpa pernah melihat apapun tentang apa buku itu.saya berpikir ini sebuah buku lama yang belum say a baca

dan saya salah..

Rindu, ternyata merupakan buku terbaru Tere Liye, cetakan pertama nya baru bulan kemaren, dan sekarang buku itu di tangan saya, Alhamdulillah.

Rindu , bercerita tentang perjalanan sebuah kapal bernama Blitar Holland, sebuah kapal uap belanda yang berlayat  dari Makassar menuju makah, dengan tujuan membawa jamaah haji  dari Indonesia yang pada tahun itu masih bernama hindia belanda.

Rindu , adalah sebuah ‘kapal’ yang berisi  penumpang dengan berbagai latar belakang dan pertanyaan, Gurutta Ahmad Kareang,seorang ulama besar Ambo Uleng, seorang pelaut bugis , Bunda Upe seorang guru mengaji yang punya latar belakang kelam, dan Andi Daeng seorang suadagar dari makasar dengan dua putrinya : Anna  dan Elsa.  Last but not least,  kapten Phillips, si nahkoda, belanda yang baik dan bijaksana, serta  juga beberapa tokoh lain yang ikut meramaikan kapal  tandingan Titanic ini.

Rindu, sebagai sebuah kapal, dari awal  berjalan di laut yang amat tenang, dan kita sebagai penumpang rindu  dimanjakan dengan semua yang ada di Blitar Holland : Karakter karakter yang saling mengisi dengan  tugas masing masing, mulai dari kapten yang kharismatik, kepala koki yang baik, guru yang mengajar dengan cara unik, ustadzah cantik, sampai saudagar yang simpatik. Too good to be true, saya sampai  sangat berharap di tengah tengah ada ‘badai’ yang merusak semua tatanan sempurna ini agar menaikkan tensi cerita, tapi ternyata harapan itu sirna. Ada beberapa riak kecil,  tapi segera bisa diredam oleh satu dua halaman dan satu dua tiga  kisah dan nasehat. Mendekati akhir ada beberapa badai yang cukup besar, tapi mungkin berkat nasehat dan kisah yang begitu menenangkan di awal, penumpang Blitar Holland dan saya sebagai penumpang rindu, serta-merta yakin, kalau semua akan selesai dengan sempurna. Seakan belum cukup sempurna dengan karakter-karakternya, kita juga akan terkagum kagum dengan deskripsi kapal uap belanda ini, sebuah kapal maha megah yang saking sempurnanya bagi saya pribadi  terasa melebihi zamannya sendiri.

Rindu, sebagai sebuah kisah, saya yakin di hasilkan dengan riset yang luar biasa, saya bisa membayangkan bagaimana sang pengarang  harus menyesuaikan diri dengan segala sesuatu  dan merujuknya kembali ke tahun  1938. Tidak mudah memang, sehingga di beberapa titik terlihat beberapa hal  masih kekinian, terutama pada bagian  joke- joke yang berusaha dihadirkan pengarang untuk mempercerah suasana , dan ada satu hal kecil menarik yang  tidak tahan saya bagi ( baca : bocorkan  ) untuk kawan-kawan yang belum membada : Daeng Andi turun di Padang cuma untuk membeli keripik balado pada 1938? silahkan percaya atau tidak.  Selanjutnya saya juga tidak akan mempermasalahkan dua nama karakter utama, Anna dan Elsa, yang kita tau berasal dari kisah apa, karena pengarang dengan cerdas menjelaskan kenapa dua nama putri Daeng Andi mirip dengan putri eropa, so.how bout  let it go?  Lalu bagaimana dengan nama captain Phillips? ring a bell? percayalah, ini bukan cuma kesamaan nama.

Singkatnya, membaca rindu, seperti membaca La Tahzan dengan bertumpuk kisah dan karakter sebagai pelengkapnya, dari nama para putri Eropa, kisah cinta ala Titanic dan action ala bajak laut Somalia yang terjadi  di sebuah kapal penuh utopia.

Terakhir, seperti yang pernah saya  tulis disini, walau Rindu  ini not my cup of tea, saya lagi lagi lewat rindu saya harus terkagum kagum dengan kemampuan dan keberanian  sang pengarang menulis dengan genre yang  lagi-lagi berbeda. dan sepertinya, saya akan mulai membaca buku-buku lain dari pengarang yang sama yang sebelumnya  saya tidak pernah tau mereka ada atau tidak..

so, ada yang  mau meminjamkan saya?

**

Tambahan :

kebiasaan buruk saya adalah langsung mengimajinasikan novel yang saya baca dalam bentuk film, dan untuk RINDU : the movie, inilah jajaran pemain di kepala saya :

kapiten Philip

Captain Philip

Lucas

Lucas

Gurutta

Gurutta

Ambo Uleng

Ambo Uleng

Daeng Andi

Daeng Andi

Bunda Upe

Bunda Upe

Bagaimana  menurut kawan-kawan?

*Semua foto bukan milik saya, cuma hasil jarahan Google

Saya pembohong , ini (bukan) review

Mungkin karena postingan di sini, si teteh seperti kerasukan berusaha meracuni saya akan buku-buku Tere Liye yang lain. Beliau bermaksud meminjamkan saya entah berapa judul buku dari pengarang favoritenya tersebut, dan menurut beliau, salah satu seri yang wajib saya baca adalah serial Anak-anak mamak

Cmon. Sampai detik ini saja saya belum baca Laskar Pelangi,( nonton filmnya juga belum)

Jadi, tanpa bermaksud mengindahkan niat baik seorang teman, akhirnya saya meminjam sebuah novel berjudul ayahku bukan pembohong, ini dikarenakan si teteh mengatakan kalau buku ini ‘menarik’.

Teteh: ……atau baca ini  dulu aja, ayahku (bukan) pembohong,  bagus kok

Saya: Tentang apa?

T: tentang anak yang tumbuh menjadi baik karena nasehat orang tuanya

S: not my cup of tea, pas dululah

T:  tapi disalah satu cerita ayahnya ada yang bisa mengendarai angin gitu

S:  oke, pinjam dulu ya

Kira-kira demikianlah asal muasal mengapa novel bertahun 2011 ini sampai ke tangan saya.

**

Image

 

Dam, merupakan anak biasa yang dibesarkan ditengah keluarga biasa, ayahnya cuma pegawai biasa, ibunya juga ibu rumah tangga biasa. Yang tidak biasa adalah bahwa Dam dididik ayahnya (yang ternyata lulusan terbaik sekolah hukum luar negeri ini ) dengan kisah-kisah luar biasa : mulai dari persahabatan sang ayah dengan seorang anak yang nantinya menjadi bintang sepakbola dunia, petualangannya makan apel emas di lembah Bukhara, perkenalan dengan suku penguasa angin, sampai kepada tugas akhir dari seorang guru sufi untuk membuat danau. Tapi seiring berjalannya waktu, Dam menyadari tabrakan-tabrakan logika dari cerita sang ayah. Sampai akhirnya Dam menemukan penjelasan dari kebingungan ini :  dengan menganggap bahwa semua cerita sang ayah adalah jalan sang ayah untuk mendidiknya….

Tapi apakah Dam masih bisa membiarkan sang ayah melakukan hal yang sama kepada Zas dan Qon, dua buah hati Dam?

Alur cerita flashback membuat kisah ini menjadi menarik, dari masa depan dimana Dam sudah menjadi arsitek sukses kita akan dibawa kembali ke masa Dam masih menjadi korban bully Jarjit si jagoan sekolah semas SMP, tak lama kita  dipindahkan lagi untuk merasakan petualangan dan cerita masa muda sang ayah, kemudian dibawa kembali ke masa dimana Dam berkuliah di akademi gajah,kemudian kita akan berbalik kembali  ke masa lampau menyaksikan pertempuran suku penguasa dengan layang-layang raksasa melawan pesawat super cepat para penjajah. Kali ini Tere liye membangun kisah ayahku (bukan) pembohong, khas Tere Liye  yang saya sering lihat di media sosial :  syarat nasehat dan motivasi hidup yang mendayu-dayu. Bahkan mungkin buat sebagian orang, novel ini akan sukses membuat air mata menganak sungai. Anehnya, saya tidak. Mungkin karena bagi saya pribadi, bagian yang menarik di novel ini bukanlah motivasi, tapi deskripsi fantasi si pengarang di Akademi gajah, suku penguasa angin dan lembah Bukhara. Deskripsi yang langsung ingin saya hadirkan lewat gambar atau gambar bergerak lainnya…….. suatu hari nanti.

Seperti Dam yang akhirnya menyadari bahwa ada tabrakan-tabrakan logika di cerita ayahnya, saya sebagai pembaca jujur juga  sedikit terganggu ketika mengetahui ternyata akademi gajah, sekolah terbaik yang tidak akan pernah ditolak universitas manapun  di dunia ternyata tidak ada di google dan mesin pencari manapun. Apa ini semacam Hogwarts? Dan menurut hitungan ratusan tahun dari sang ayah, apakah memang sudah ada pesawat yang dimiliki para penjajah negeri penguasa angin? Terakhir, apakah  anak secerdas Dam benar-benar tidak pernah mencari di google ketika sudah mendengar gossip bahwa ibunya ternyata adalah seorang artis terkenal?

Entahlah, tapi kalau lewat kisah kisahnya ayah mendidik Dam, mungkin  ini merupakan cara Tere Liye menyampaikan pesannya kepada para pembaca :  dengan harapan pembaca tidak mempermasalahkan hal-hal demikian, tapi bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yang sudah dia munculkan dibuku ini. Tapi bagi saya pribadi, kalau memang demikian visi dan misinya, mungkin akan lebih baik, kalau di ending tidak  semuanya menjadi kenyataan, biar semua pembaca bisa mengambil hikmah dan motivasi di setiap ‘kebohongan’ sang ayah.

***

Epilog

Ketika saya bertemu si teteh ketika bermaksud mengembalikan buku ini, si teteh masih melanjutkan doktrinnya dengan merekomendasikan  buku yang lain : Rembulan Tenggelam di Wajahmu

S: itu tentang apa, cinta? Pas dulu lah

T: bukan ini tentang balas dendam, cintanya cuma dikit

S: balas dendam kenapa?

T: ga bisa move on dari kematian sang istri

S: pas dulu lah

T: tapi tokoh utamanya seorang penipu, pencuri, penjahat yang smart dan canggih

S: okeh, besok pinjam ya

**

CERITA DI UJUNG BULAN, MENULIS DI UJUNG MALAM, NEGERI DI UJUNG TANDUK

Hari minggu beberapa hari yang lalu, (kalau kawan-kawan membaca cerita ini beberapa hari sesudah hari minggu tersebut,), saya yang siangnya menghabiskan  hari dengan tidur estafet, bermaksud menuju pusat perbelanjaaan terdekat yang saya tau dalam misi menyelamatkan Watson, (sahabat setia saya yang rinciannya mungkin akan saya ceritakan di cerita berikutnya, sementara buat yang belum tau Watson,coba baca-baca lagi file lama saya,  * cara promosi yang keren*) Namun, ternyata nasib baik tidak memihak saya, saya tidak menemukan ‘dokter’  yang bisa menyelamatkan Watson,dan takdir itu akhirnya membawa saya menuju  tempat berjudul..GRAMEDIA

Singkat cerita, didepan pintu saya langsung disambut oleh dua buku yang membuat saya dilema..

1.Bangun lagi dong Lupus,karya mas Hilman Hariwijaya, yang filmnya sampai saat ini ga belum jadi saya tonton, padahal saya ngaunya ngefans banget ama mahluk berjambul ini

2. Negeri diujung tanduk, karya Tere Liye

Dengan harga yang relative sama, saya menjadi bimbang, bukan karena apa-apa, karena memang menurut akuntan pribadi saya,yaitunya saya sendiri, saya sebaiknya Cuma membeli satu buku saja di akhir bulan ini…

dan setelah membaca beberapa halaman, maka saya memutuskan NEGERI DI UJUNG TANDUK  menjadi  pilihan saya. Sorry lupus my brotha, sorry mas Hilman..  bukannya saya tidak ngefans, tapi memilih acha sebagai poppy mungkin bukan pilihan bijak 😦

Image

NEGERI DI UJUNG TANDUK, (selanjutnya ditulis dengan huruf kecil ) merupakan sekuel dari NEGERI PARA BEDEBAH nya Tere Liye. kalau di negeri para bedebah, tokoh utama si cowo keren konsultan bisnis-mendekati sempurna bernama Thomas ini mencoba memecahkan masalah terkait bank century semesta yang bermotif ekonomi, sekarang Thomas, yang ‘ternyata’ juga punya gelar di bidang politik, mencoba terjun ke pentas politik nasional demi memperjuangkan JD, gubernur ibukota yang pantas diperjuangkan untuk lulus jadi calon presiden partai jingga dan maju di bursa capres berikutnya.

Buat yang ngefans dengan negeri para bedebah seperti saya, mungkin agak kecewa dengan novel ini,karena menurut hemat saya, tidak ada hal baru yang ditawarkan dalam novel ini selain perubahan tema dari ekonomi ke politik, fight club masih memegang peranan penting dalam penyelamatan disaat terdesak,  ada wartawan cewe baru dengan rambut berbeda namun dengan peran yang sama ( dan bahkan mungkin akan bernasib sama ) yang bahkan gagal untuk digambarkan menjadi pemanis cerita, dan tentunya tokoh utama masih saja muncul dengan segala kesempurnaannya.  Pola penyelamatan, waktu, strategi, tidak begitu jauh berbeda dengan negeri para bedebah . jadi akan tidak berlebihan rasanya kalau sebagian besar pembaca negeri para bedebah mampu menebak  bagaimana  sang tokoh utama setiap kali dia berada di uiung tanduk.

Tapi apapun yang syaa tulis diatas,kenyataannya semenjak saya buka plastik penutup novel ini, novel ini tidak lepas dari genggaman saya sampai saya menyelesaikannya, saya masih dimanja dengan cara  sang pengarang mendeskripsikan setiap eksyen di petualangan Thomas dalam menyelamatkan negeri ini. dan entah kenapa dikepala saya, ( sama ketika saya membaca negeri para bedebah), Rudi, si polisi jujur, selalu hadir dalam rupa ario bayu dan setiap adegan di novel ini, bertransformasi menjadi sebuah scene film action yang luar biasa.mudah-mudahan benar benar ada yang berminat bikin filmnya. 🙂

Sekian dulu review saya, soalnya saya musti tidur  paling tidak 1 jam, demi menghadapi shooting di pagi hari esok, hari ini.*pamer* ya, kalau mau berhiperbola, untuk hari ini, nasib saya, tokoh utama novel, dan negeri ini, sekarang berada di ujung tanduk. Bedanya, sang tokoh utama selalu bisa lolos, negeri ini masih punya harapan, sementara saya ?  quesera, sera.