Rama & Sinta tersesat di Ayodya

Aku rama, dan dia Sinta

Dari dulu, aku sudah tau kalau aku dan mantan kekasih temanku ini punya banyak kesamaan. Ini bukan kisah cinta segitiga, karena kalau ini benar demikian, temanku harusnya bernama Rahwana.

tapi tidak, ini kisah tentang Rama dan Sinta, tanpa Rahwana.

ini kisah Rama dan Sinta, tapi bukan tentang cinta

ini cuma tentang Rama dan Sinta, tersesat di Ayodya

**

Sinta, bercerita tentang bagaimana dia selalu tersesat di kota kecilnya, kota yang dulu juga pernah aku diami, kota yang tanpa Sinta tau, juga belum pernah aku jamah semua sudutnya, kecuali kampus, kostan, dan tempat dimana  benda ajaib bernama  buku berada, tempat yang aku percaya, juga merupakan salah satu tempat favorit Sinta.

Aku, Rama, seperti halnya Sinta  juga bukan pembaca peta yang baik, tapi mungkin bedanya, aku, Rama masih betah dan bertahan untuk bertanya sana sini, dan sampai di kota yang kudiami sekarang, ilmu itulah yang membuatku akhirnya menemukan tempat-tempat yang kutuju.

 Shinta juga pernah bercerita  pernah bingung di ibukota, sebuah provinsi yang suka menyamarkan dirinya menjadi sebuah kota. Ibukota, kota yang pernah aku diami, kota yang juga membingungkan dan menyesatkan, tapi bedanya Sinta masih menemukan jalannya dengan budaya manusia bernama busway yang akhirnya membawanya ke tempat- tempat yang dia tuju.

Terakhir. Rama, seperti halnya Sinta, sama sama pernah berhenti sejenak di ‘halte’ yang mereka pikir akan menjadi tujuan mereka, halte yang nyaris sama, cuma punya nama berbeda. Tapi  kemudian mereka berdua sama-sama memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke halte yang  lain.

Sekarang. Keduanya  masih berada di dalamnya. ketika yang lain sudah turun, mereka berdua sepertinya  masih menikmati perjalanan, sesekali, mereka berpandangan, dan ketika saling bertanya, mereka cuma berbagi senyum sebagai jawaban. karena mungkin, seperti yang di katakan Sinta, mereka sedang menikmati tersesat, menyinggahi tempat tempat yang bukan tujuan mereka, dalam rangka wisata, dalam waktu yang tak tentu.

 “Namun belakangan aku memikirkan satu hal tentang busway. Ia seperti hidup. Jika kau naik busway dari salah satu shelter, kau bisa saja akan diantarkan pada banyak tujuan, ia akan melewati banyak tempat, dan akan berhenti di banyak tempat, jika sampai maka turunlah, carilah jembatan yang akan mengantarkanmu keluar dari shelter busway itu lalu mendekatlah ke lokasi tujuanmu. Atau turunlah untuk transit dan mencari shelter berikutnya, menunggu busway berikutnya yang akan mengantarkanmu pada tujuanmu. Dan jika kau tidak tahu tujuan maka ya nikmatilah wisata busway yang akan mengantarkanmu pada banyak tempat yang bukan tujuanmu”

(Yo.sinta, November 2014)

** hasil duet tanpa konfirmasi dari tulisan Sinta di duniakatayosefintia.blogspot.com dengan judul “Tidak Ada Kata Tersesat di Busway”

Leave a comment